Armeyn Syam Institut Teknologi Padang
armeynsyam@itp.ac.id
Entri Popular
Minggu, 23 Agustus 2015
Kamis, 16 April 2015
BAB 6
B E T O N
1. PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas masalah utama teknologi beton yang ditujukan
menurut keadaan/ lingkungan di Indonesia. Karenanya akan dibahas pabrikasi dan
sifat-sifat beton. Berdasarkan susunan dari bahan-bahan dasar akan ditentukan
pemilihan seperti jumlah, komposisi, campuran, pengangkutan dan pengerjaan
beton. Tentunya akan dip erhatikan pula tentang pemeriksaan dan pengontrolan
bahan dasar yang berbeda-beda dan produksi jadi.
1.1. Beton
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang
direkatkan oleh bahan-ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus clan
kasar) dan ditambah dengan pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan pasta bahwa
semen mengikat pasir dan bahan bahan agregat lain (batu kerikil, basalt dan sebagainya).
Rongga di antara bahan-bahan kasar diisi oleh bahan-bahan
halus (Gambar 6.1). Penerangan sepintas lalu ini memberi.
Gambar 1.1 Batuan semen dan agregat campuran
Bayangan bahwa harus ada perbandingan optimal antara
agregat campuran yang bentuknya berbeda-beda agar pembentukan beton dapat
dimanfaatkan oleh seluruh material.
Perbedaan material pembuat beton
dalam:
-
Semen : bahan-ikat hidrolik;
-
agregat
campuran : bahan batu-batuan yang
netral (tidak bereaksi) dan mempakanbentuk sebagian besar beton (misalnya:
pasir, kerikil, batupecah, basalt);
-
batuan-semen :campuran antara semen dan air
(pasta semen) yang mengeras;
- spesi-mortar :campuran antara semen,
agregat halus dan air yang belum mengeras;
- mortar : campuran antara
semen, agregat halus dan air yang telah mengeras;
-
spesi-beton :campuran
antara semen, agregat campuran (halus dan kasar) dan air yang belum mengeras;
- beton :campuran antara
semen, agregat campuran dan air yang telah mengeras;
-
bahan
tambahan : bahan kimia tambahan
yang ditambahkan ke dalam spesi (admixtures) beton
dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang dihasilkan (misalnya;
'accelerator', 'retarder' dan sebagainya).
1.2 Asal usul
Peninjauan
kembali ke sejarah pembuatan batu-tiruan (contohnya beton), ini asalnya boleh
dikatakan sejak adanya bangunan yang dibuat oleh manusia. Perkembangan hasilhasil
percobaan masa silam seperti mortar-plester, pembataan dan mortar yang berbedabeda
ternyaia cocok juga sebagai pembuatan beton.
Pada tingkat awal orang menggunakan mortar dari
gamping ('loam') dan tanah-liat/ lempung ('clay'), tahun-tahun kemudian dipakai
campuran dari kapur, pasir dan air. Baru sekitar akhir kurun abad ke-18 timbul
pikiran dari kerja sama bahan-ikat dan pengerasan mortar. Penemuan semen Portland
merupakan awal penggunaan pabrikasi-semen tingkat besar-tx;saran dan kemajuan
pemakaian beton yang sangat pesat.
Beton tidak t.enulang umumnya
digunai:an pada pondasi, dam-pelabuhan, dindingkade. Di samping itu penemuan
dari kerja sama antara baja dan beton merupakan dukungan yang penting dalam
penggunaan penulangan beton. Kepesatan perkembangan metode perhitungan beton
bertulang, mengakibatkan bangunan struktur beton lebih banyak dilaksanakan.
Pada pennulaan kurun ini penggunaan struktur beton bertulang di beberapa negara
dilaksanakan dalam tingkat besar-besaran.
Sciring dengan masalah tersebut perlu
disusun basis peraturan dalam segi perhitungan beton struktur dan teknologi
beton.
2. SEMEN
2.1 Umum
Semen dipakai sebagai petunjuk
sekelompok bahan-ikat hidrolik untuk pembuatan beton. Hidrolik berarti:
- semen hcrcaksi dengan air dan membentuk suatu
batuan massa,
- suatu produksi keras (batuan-semen) yang kedap
air.
Semen adalah suatu hasil produksi yang dibuat di
pabrik-semen. Pabrik-pabrik semenmemproduksi berrnacam-macam jcnis semen dengan
sifat-sifat dan karakteristik yang berlainan.
Semen dibedakan dalam dua kelompok utama yakni:
1. Semen dari bahan klinker-semen-Portland
- semen Portland,
- semen Portland abu terbang,
- semen Portland berkadar besi,
- semen tanur-tinggi ('Hoogovencement'),
- semen Portland tras/puzzolan,
- semen Portland putih.
2. Semen-semen lain
- aluminium semen,
- semen bersulfat.
Perbedaan di
atas berdasarkan karakter dari reaksi pengerasan kimiawi. Semen-semen dari
kelompok-1 yang satu dan yang lain tidak saling bereaksi (membentnk
persenyawaan lain), semen kelompok-2 bila saling dicampur atau bercampur dengan
kelompok-I akan
membentuk suatu persenyawaan baru. Ini berarti semen dari kelompok-2 tidak
boleh dicampur. Semen Portland dan semen Portland abu-terbang adalah semen yang
umum dipakai di Indonesia.
Dalam hal
kecepatan dari perkembangan kekuatan (Gambar 6.2), jenis-jenis semen dibedakan
dalam tiga kelas:
Kelas A: semen dengan kekuatan awal yang normal
Kelas B: semen dengan kekuatan awal tinggi
Kelas C: semen dengan kekuatan awal
sangat tinggi.
Jenis Semen
|
Kelas
|
Warna
|
||
A
|
B
|
C
|
|
|
Semen Portland
|
-
|
-
|
-
|
Abu-abu
|
Semen Portland Abu terebang
|
-
|
|
|
Abu-abu
|
Semen Portland putih
|
|
|
-
|
Puth
|
Beberapa merk-semen yaitu Gresik, Padang, Tiga Roda, Kujang dan Tonasa.
waktu pengerasan
( hari)
Gambar 1.2 Perkembangan kekuatan kelas semen yang berbeda
2. 2 Semen Portland
Semen Portland dibuat dari semen hidrolis yang dihasilkan secara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis ditambah dengan ha+han yang mcngatur waktu-ikat (umumnya
gips).
Klinker semen Portland dibuat dari
batu kapur (CaC03), tanah liat don bahan dasar be:rkadar besi.
Jumlah batu kapur yang dipakai di sini amat banyak, sehingga pabrik semen
biasanya dibangun di sekitar gunung-kapur. Bahan dasar dari klinker semen
Portland dapat
dipabrikasikan secara dua proses (basah don kering).
Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dasar dicampur dengan air ('slurry')
don digiling sampai halus berupa "bubur halus". Pada proses kering,
bahan dasar dicampur don dikeringkan, kemudian digiling berupa "bubuk
kasar". Selanjutnya kedua produksi ini dibakar dalam tanur-putar-datar
pada temperatur yang sangat tinggi sehingga diperoleh klinker semen Portland (Gambar 6.3)
Proses
pemabrikan klinker Semen Portlang
Proses
Basah Proses
Kering
Bagian
digiling Bagian
dicampur
Dicampur
dengan air Digiling
Bubur halus Bubuk
kasar
Bagian utama dari klinker ini adalah:
dikalsium silikat 2CaO.SiOZ atau C2S
trikalsium silikat 3CaO.SiOZ atau C3S
trikalsium aluminat 3CaO.Alz03 atau C3A
tetra kalsium aluminatferrit 4CaO.A1203FeZ03 atau C3AF
Akhirnya semen Portland didapatkan secara
menggilas klinker tersebut dalam kilangpeluru ('kogelmolens') sampai halus
dengan ditambah beberapa prosen gips (CaS0,2H,0).
Semen Portland putih adalah suatu jenis yang
tersendiri don mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan semen Portland normal.
Ciri-cirinya adalah tanpa mengandung besi don digiling sangat halus.
2.3 Semen Portland abu-terbang.
Suatu perkembangan yang lebih lanjut yaitu pemakaian
abu-terbang yang dikombinasikan dengan semen Portland. Abu terbang adalah
suatu pemanfaatan kembali dari produksi gas-pembakar, misalnya didapatkan pada
pusat tenaga listrik yang dibangkitkan dengan batu-bara.
Guna melindungi pencemaran lingkungan, sekarang
diharuskan mengambil tindakan untuk mengurangi pembuangan abu-terbang. Hal ini
sangat bermanfaat karena "bahan-sisa" seperti abu-terbang dapat
digunakan sebagai pengganti semen, asalkan dapat memenuhi persyaratan yang
tertentu. Abu-terbang yang cocok terdiri lebih dari 2/3 bagian baharr bahan
yang dapat bcreaksi don dinamakan bersifat "pozzolan". Dengan kata lain berat.i, bahwa abu-terhang dapat
bereaksi dengan ikatan kapur dan dapat membcntuk sustu perscnyawaan kimiawi
dalam semen don air. Secara demikian
akan menambah kepadatan struktur dan perkembangan-kekuatan beton.
Gambar 6.3 Proses Produksi semen portland
Selanjutnya, abu-terbang harus juga memenuhi
persyaratan lain supaya dapat digunakan sebagai pengganti semen. Misalkan
persyaratan terhadap pengotoran, kehalusan, kadar chlorida dan karbon.
Penggunaan dari abu-terbang yang baik menghasilkan reduksi semen sampai sekitar
25%.
2.4 Pengikatan dan pengerasan semen
Semen don air saling bereaksi,
persenyawaan ini dinamakan hidratasi sedangkan hasil yang terbentuk disebut
hidrasi-semen. Proses reaksi berjalan sangat cepat. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa sebelumnya akan ditambah beberapa persen bahan tambahan gips.
Gips bersifat menghambat pengikatan semen don air. Dengan
adanya penambahan ini, akhimya beum dapat diangkut don dikerjakan sebelum
pembentukan ikatan berakhir. Kecepatan yang mempengaruhi waktu pengikatan
adalah:
- kehalusan semen
- faktor air-semen
- temperatur.
Kehalusan penggilingan semen
mempengaruhi kecepatan pengikatan. Kehalusan penggilingan dinamakan penampang spesifik (adalah total diameter penampang semen. Jika seluruh
permukaan penampang lebih besar semen akan memperluas bidang kontak
(persinggungan) dengan air semakin besar. L.ebih bcsar bidang persinggungannya
semakin cepat kecepatan bereaksinya. Karena itu kekuatan awal dari semen-semen
yang lebih halus (penampang spesifk besar) lebih tinggi, sehingga pengaruh
kekuatan-akhir berkurang.
Ketika semen don air bereaksi timbul panas, panas ini
dinamakan panas-hidratas. Jumlah panas yang dibentuk antara lain tergantung
dari jenis semen yang dipakai don kehalusan penggilingan. Dalam pelaksanaan, perkembangan
panas ini dapat membentuk suatu masalah yakni retakan yang terjadi ketika
pendinginan. Pada beberapa struktur beton retakan ini tidak diinginkan.
Terutama pada struktur beton mutu tinggi pembentukan panas In, sangat besar. Panas hidratasi pada suatu struktur
beton dapat ditentukan don untuk 0erapa pemakaian semen yang lain, dalam masa
pelaksanaannya harus dilakukan dengan pendingin aspek lain yang besar pengaruhnya terhadap pembentukan
panas hidratasi arlniu sifU-sif,at beu>n yang lain adalah faktor air-semen.
Faktor air-semen (F.A.S) adalah perbandingan antara berat air dan berat
semen:
F.A.S
= berat air
berat semen
Misalkan:
F.A.S = 0,5; bila digunakan semen 350 [kg/m']
Jadi banyaknya air = 350 x 0,5 = 175 (Um'].
Semen bersenyawa dengan air. Dari
persenyawaan ini butiran-semen membentuk suatu produksi. Suatu hubungan yang
erat akan ditimbulkan bila produksi-reaksi dari seluruh butiran-butiran semen
seakan-akan saling tumbuh menyatu.
Faktor air-semen yang rendah (kadar
air sedilCit) menyebabkan air di antara bagianbagian semen sedikit, sehingga
jarak antara butiran-butiran semen pendek. Akibatnya massa semen menunjukkan
lebih berkaitan, karenanya kekuatan awal lebih dipengaruh dan akhimya
batuan-semen mencapai kepadatan tinggi.
kuat tekan IN/mm']
umur/waktu pengerasan dlm. hari
Gambar 6.4 Pengaruh faktor air-semen
terhadap perkembangan kekuatan beton.
Semen dapat mengikat air sekitar 40%
dari beratnya; dengan kata lain air sebanyak 0,4 kali berat semen telah cukup untuk
membentuk seluruh semen berhidrasi. Air yang berlebih tinggal dalam pori-pori.
Beton normal selalu bervolume pori-pori halus rata yang saling berhubungan,
karena itu disebut pori-pori kapiter. Bila spesi-beton ditambah ekstra air, __
maka sebenarnya hanya pori-porinya yang bertambah
banyak. Akibatnya beton lebih berpotipori dan kekuatan serta masa-pakainya
berkurang. Grafik uraian tentang pengaruh fal.ZOr air-semen pada perkembangan
kekuatan diilustrasikan pada Gambar 6.4.
3. AGREGAT
3.1 Pendahuluan
Agregat (yang
tidak bereaksi) adalah bahan-bahan campuran-beton yang saling diikat oleh
perekat semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir; kerikil clan batu-batu
perahPemilihan agrcgat lergantung dari:
- syarat-syarat yang ditentukan beton
- persediaan lokasi pembuatan beton
-perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan
mutu
Dari pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton
dapat dipengaruhi. Suatu pembagian yang sepintas lalu (kasar) dapat dilakukan
sebagai berikut:
- agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt)
- agregat halus (puing-batu, terak-lahar, serbuk-batu/bims).
- agregat kasar (bariet, bijih-besi magnetiet clan limoniet).
Kecuali agregat alami dapat juga digunakan produk-alami sinter atau
terbakar, beton gilas atau puing tembok batu-bata.
3.2 Pasir, kerikil, batu-karang
Umumnya
pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk pembuatan beton.
Pasir ini terbentuk ketika batu-batu dibawa arus sungai darr sumber-air ke
muara sungai. Akibat tergulung clan terkikis (pelapukan/erosi) akhirnya
membentuk butir-butir halus. Arus sungai membawa pecahan, butiran-butiran yang
besar (kerikil) diendapkan pada hulu sungai sedangkan yang kecil-kecil di muara
sungai. Karena alur sungai sering berpindah tempat sehingga banyak dangkalan pasir
dan kerikil terletak di luar jalur sungai seperti sekarang ini. Produksi
penggalian pasir clan kerikil akan dip.isah-pisahkan dengan ayakan da[a171 3
kelompok yaitu:
- Kerikil kasar,
(lebih besar dari 30 mm)
- Kerikil beton
(dari S mm sampai 30 mm)
- Pasir beton
(lebih kecil dari S mm).
Dua kelompok terakhir adalah yang
cocok (atau dengan mencampurkannya hingga cocok) untuk pembuatan beton. Dari
kelornpok pertama dapat dipecahkan agar dapat digunakan. Pemilihan jumlah
setiap kelompok untuk campuran beton bergantung pada bentuk butiran-butiran
yang ditentukan ahli teknik beton dan sifat-sifat spesi-beton.
Pasir dan kerikil dapat juga digali
dari laut asalkan pengotoran serta garam-garamnya (khlorida) dibersihkan dan
kulit kerang disisihkan. Pada prinsipnya komposisi pasir clan kerikil dari laut
tidak berbeda banyak dengan agregat galian sungai, tetapi harus diperhatikan
juga. Penggalian pasir clan kerikil "secara kering" dapat pula
dilakukan (jadi di luar dasar sungai), akan tetapi galian ini hatus dipcrhatikan
dengan adanya kemungkinan bahan-bahan lain seperti tanah liat atau gamping
('loam'). Tanah liat dan gamping itu sering berupa lapisan tipis yang meliputi
butir-butir pasir dan kerikil, sehingga bila bahan-bahan ini pun akan
di2unal:an maka akan mc:mpcncaruhi perel;at:.nnya. Karena itu, pc.nggalian
secara kering perlu dicuci dengan air.
Di samping pengotoran dari tanah [iat atau gamping
dapat juga dikotori oleh 'humus' (organis). Humus berpengatvh buruk terhadap
pereaksian semen yang mengakibatkan pengerasan sctempat kurang cuktrp.
Pengotoran dari tanah liat dan gamping dapat dinyatakan secara mengeringkan dan
mcnimbang bahan agregat, kemudian mencuci dan menyirami di atas ayakan den-an
lubang-lubang ayakan sebesar 0,050 mm. Selanjutnya, agregat tertinggal di
ayakan hams ditimbang dan persentasc lumpur dapat ditentukan. Humus dapat
dinyatakan dengan percobaan warna ('Abrams-Hardei ). Sebuah gelas-penakar (3S0
cm3) diisi dengan pasir-coba sampai garis-ukur 130. Kemudian
dituangi 3% larutan NaOH sampai garis-ukur 200. Setelah semuanya diaduk,
gelas-ukur ditutupi dan dibiarkan selama 24 jam. Bila cairan berwarna kuning
tua sampai coklat tua berarti kadar humus sangat tinggi dan pasir tidak sesuai
dipakai. Apabila cairan berwarna kekuning-kuningan clan jernih, tandanya bahanbahan
tidak mengandung humus.
Di samping bahan agregat diperolch
dari galian alami (hampir langsung dapat digunakan untuk beton), dapat juga
didapatkan dengan pemecahan formasi batuan tertentu dengan mesin pccah batu
(Jaw crusher) sampai be:rbentuk batu-pecah kasar yang berbeda-beda. pemecahan
ini dilakukan dalam tingkatan yang berbeda-beda, jelas jika pekerjaannya dari
ukuran besar ke kecil. Dari jenis bongkah-bongkah yang cocok seperti basalt,
granit dan kuarsi akan diledakan daulu sampai batu-batu gumpalan. Kemudian gumpalan ini dimasukan
kedalam mesin pecah batu secara mekanis atau dengan tangan dan dipecah sampai
mendapatkan bentuk yang diinginkan. Umumnya bentuk-bentuk yang ,Iol+yatkan
hrrula hutir-butir ukuran 7 mm sampai 50 mm yang nantinya ditambah dengan
IriJl:tn hah:ul antara 5 mm sampai 10 mm.
3.3 Agregat di Indonesia
3.3.1 Geografi, geologi dan iklim
Di suatu negara
dengan geografi, geologi dan iklim yang panas dan basah seperti Indonesia, maka
batu-batuannya akan mengalami pelapukan yang cukup dalam yang tergantung pada
jenis batu-batuannya, iklimnya, derajat erosinya, exposure dan lain-lainnya.
Pengaruh yang paling besar adalah pada Mina
setempat, yang pada umumnya makin panas dan makin basah iklimnya maka derajat
pelapukannya semakin besar yang akan mengakibatkan dekomposisi dari
batu-batuannya. Produk akhir dari pelapukan ini adalah terbentuknya tanah
residual.
Gambar 6.5 menunjukkan suatu graft
yang memperlihatkan pengaruh-pengaruh pelapukan padz batu-batuan yang menghubungkan
antara temperatur rata-rata per tahun dengan curah hujan rata-rata per tahun
dengan klasifikasi agregat yang dihasilkan di daerah. tersebut dan
ini tentu berpengaruh terhadap produksi beton.
Indonesia dan daerah-daerah
sekitarnya termasuk secara geologi muda dan pada dasarnya terdiri dari
batu-batuan igneous vulkanis yang muda (seperti: basalt, dolomit, andesit,
porhyries, tuffs, ashes) lebih dalam lagi dapat ditemukan granites dan
batu-batuan sedimen
di laut (sandstone, limestone dan marlstone), seringkali
batu-batuan ini terbentuk pada lipatan dan patahan pada gugusan gunung atau
pegunungan berapi.
_
Gunung-gunung di Indonesia biasanya
cukup rimbun dengan ditutup oleh hutan-hutan dan banyak aliran-aliran dan
sungai-sungai yang membawa batu-batuan yang lapuk ini ke bawah srbagai kerikil,
bolder dan pasir ke arah dataran rendah.
3.3.2 Karakteristik dari agregat
Hasil interaksi antara iklim setempat dengan geologinya akan menghasilkan 3
macam quarry (deposit batu-batuan):
1. Quarry batu-batuan dari bedrock
Pada quarry ini dibutuhkan pengeboran
dan peledakan yang menghasilkan bermacammacam ukuran yang perlu dipecahkan dan
diayak. Biasanya batu-batuan jenis ini derajat pelapukannya dapat dilihat
sesuai dengan lapisan-lapisan yang ada pada profil deposit batu-batuan. Bagian
yang paling atas mengalami pelapukan yang paling berat sedangkan rnakin ke
dalam pengaruh pelapukan ini makin kecil sehingga sebaiknya penggalian pada
deposit batu-batuan ini dilakukan cukup dalam agar dapat ditemukan batu-batuan
se~~ar ('fresh rock').
Hasil pemecahan agregat macam ini biasanya adalah
campuran batu-batuan yang mengalami pelapukan dengan batu-batuan yang segar,
makin segar batu-batuann}•a makin rendah nilai crushing valuenya, impact valuenya dan Los Angelos Abration valuenya &n juga makin rendah porositasnya.
Tetapi makin besar derajat
pelapukannya maka makin tinggi nilai crushing valuenya, impact value, Los Angels Abration valuenya dan makin tinggi porositasnya, secara sederhana
dapat disimpulkan bahwa suatu campuran dari agregat dengan mutu yang baik dan
kurang baik yang dihasilkan dari industri pemecah batu dapat mengakibatkan
kesulitan dalam perencanaan, pengendalian mum pada campuran beton sebab produk
batu-batuan tidak konsisten.
Batu-batuan
dan jenis abu vulkanik biasanya cukup poreus dan nilai crushing raluenya tinggi juga, nilai abrasinya
tinggi meskipun batu-batuan dalam keadaan segar, batubatuan segar darijenis
batu-batuan lain biasany•a cukup baik seperti di negara-negara lain. Beberapa
jenis batu-batuan andesit dan batu-batuan lava glasi dapat bersifat alkali
reaktif dan agregat andesit dapat mudah pecah jika tetjadi kebakaran.
Pada saat ini di Indonesia
batu-batuan banyak diproduksi dengan alat-alat pemecah batu tetapi masih juga
banyak ditemui di daerah-daerah di mana pemecahan agregat diproduksi secara
n;anual yang biasanya disebut agregat pecah tang~n. Agregnt pecah tangan ini
biasanya tidak diayak sehingga gradasi senjang ('gap grade') menjadi masalah
utama. Ukuran batu-batuan dengan diameter 5 sampai 10 mm, biasanya tidak dapat
ditemui dengan kesenjangan gradasi akan terjadi makin besar. Juga batu-batuan
yang dipecah dengan tangan biasanya berbentuk pipih dan memanjang ('f7aky').
Akibat dari gradasi dan lkntuk yang pipih maka beton yang diproduksi dengan
jenis agregat ini biasanya tidak cukup lecak ('workable'), mudah teragregasi,
sulit untuk dikerjakan dan mudah pendarahan ('bleeding') pada beton.
2. Pasir dari sungai dan batu-batuan yang digali
Sungai-sungai yang terjal akan
mengakibatkan aliran yang deras sehingga deposit dari panikel batu-batuan akan
bervariasi eukup besar pada suatu jarak tertentu dan biasanya butir-butir
halusnya tidak cukup dan batu-batuan ini biasanya cukup bersih, tetapi pada
sungai-sungai yang landai variasi dari perbedaan ukuran partikel tidak berubah
dari jarak yang satu dengan tempat lainnya dan kebanyakan partikel-partikelnya
lebih bulat, tetapi cukup kotor tercampur dengan mica dan 'small fraksi'.
br daCrah tertenlU pas1C dapal
mCngandllng mineral-mineral berat. Pada umumnya batubatuan yang porcus yang
kurang kuat akibat prlapukan dapat dipecahkan akibat gaya°a;a yang, tcrjadi di
dalam sungai-sungai, sehingga produk yang dihasilkan biasanya
pdplph cunywnm jcnis batu-batuan yang
kuat dan fragment agak lemah dalam setiap sistem sungai di Indonesia.
tiungai-sungai yang mengalir melewati
jenis batu-batuan yang seragam misalnya sungai yang rrSclewati gugusan
pegunungan yang mengandung batu-batuan granit akan menghasilkan batu-batuan
yang sejenis tetapi masih terdiri dari campuran fragment yang kuat dan lemah.
Sungai-sungai yang mengandung granit biasanya mengandung cukup banyak mica
dalam pasirnya dan juga biasanya gradasinya senjang karena kurangnya
butir-butiran halusnya.
Pasir kasar alami biasanya dapat
memenuhi syarat gradasi zone I dari standar B.S. (British Standard), tetapi
material halusnya di bawah 0,3 mm biasanya tidak cukup banyak. Pasir alami yang
dapat juga ditemukan yang mempunyai gradasi antara zone II dan zone III, tetapi
biasanya terdiri dari cukup banyak 'silt' dan tanah liat. Tetapi bila dicuci
dengan baik dapat menjadi campuran pasir kasar agar nantinya setelah dicampur
akan didapatkan pasir yang baik yang memenuhi syarat zone II.
Gambar 6.6 menunjukkan pengaruh
material terhadap kekuatan beton bila beton dibuat dari agregat yang kuat dan
bila dibuat dari agregat yang lemah, juga bila agregat terdiri dari 60% kuat
dan 40% lemah. Perbandingan kekuatan tekan ini menunjukkan bahwa pengaruh dari
kekuatan agregat juga menentukan kekuatan beton sehingga bila kekuatan agregat
ini bervariasi maka kekuatan betonnya pun akan bervariasi. Agar dapat dicapai
mutu kekuatan yang seragam maka tentu harus dilakukan pemeriksaan agregat
sesering mungkin dan agar didapatkan hasil mutu beton yang konstan maka perlu
selalu disiapkan 'alternatif mixed design' yang setiap waktu dapat digunakan
bila ada variasi dari mutu agregatnya. (lihat Tabel 6.3)
Umur beton (hari)
|
Kekuatan beton dalam Kg/cm2
|
|||
Original
( 60% lemah )
|
100%
kuat
|
100%
lemah
|
Good British Material
|
|
3
|
255 ( - 9% )
|
285 ( + 2% )
|
215 ( - 23% )
|
280
|
7
|
324 ( - 19% )
|
420 ( + 5% )
|
306 ( - 23% )
|
400
|
28
|
492 ( - 9% )
|
521 ( - 3% )
|
413 ( - 23% )
|
540
|
90
|
557 ( - 10% )
|
605 ( - 2% )
|
486 ( - 23% )
|
620
|
Faktor air semen (F.A.S) = 0.40
Batu-batuan Majalaya Indonesia
1 MPa = 10 kg/cm'
Gambar 6.6 Pengaruh material terhadap kekuatsn beton.
3. Pasir dari pesisir pantai dan sumur-sumur
yang mengandung pasir dan batu-batuau Pesisir yang landai dan delta-delta meskipun tidak
terdapat pada setiap tempat sering dijumpai di Indonesia. Pasir dapat terdiri dari pantai yang didahului oleh
pantai-pantai sebelumnya. Pantai-pantai biasanya terdiri dari batu-batuan bulat
clan fragment kerangkerangan kadang-kadang dari setiap ukuran. Di belakang
pantai tersebut mungkin terditi dari laguna tua yang dipenuhi dengan material
organik atau lumpur dan silt Yang tcrcampur dengan batu-b:UUan dan pasir
sungai. Daerah yang meneandung silt dar? tanah liat biasanya mengalami
pelapukan dan lumpur tertutup oleh lapisan tanah resicfwlOalian yang dilakukan
pada endapan sungai terdiri dari lapisan yang hampir sami deng.m yang
dijclaskan pada batu-batuan, tetapi dengan tendensi bahv.a tanah liat dO
lempungnya lebih banyak dan
kadang-kadang material dengan diameter yang besar agak kurang. Gradasi senjang
merupal:an gejala umum, sedang pasir dan batu-batuan biasanya terdiri dari
material yang lemah dan poreus, karena proses pelapukan yang berkelanjutan bila
sudah terdampar. Gejala umum dari fraksi pasir adalah mendekati gradasi 2 dari
B.S. dengan sedikit sekali material yang 'oversize' dan biasanya material
halusnya (di bawah 0.3 mm) tidak cukup.
Pencucian sebenarnya merupakan suatu syarat mutlak untuk
membersihkannya dan pencampuran perlu dilakukan untuk mendapatkan material yang
bergradasi baik khususnya dengan menambah material-material halus.
Kadang-kadang di suatu daerah satu-satunya material yang dapat dipakai adalah
deposit batu-batuan yang terdiri dari batu-batuan pantai yang terdiri dari
koral dan kerang-kerang untuk dapat dipakai sebagai agregat beton.
Batuan yang cukup baik dapat diproduksi dari material ini
(lihat Gambar 6.7) asalkan cantpurannya direncanakan dengan hati-hati,
kadang-kadang bila pasir yang ada ntentpunyai gradasi senjang karena material
paling halusnya berkurang dan material yang paling kasar juga tidak ditemui.
Pasir, batu-batuan, dan
kerang-kerangan biasanya mempunyai bentuk pipih, sifat-sifat ntekanis dari
kerang-kerangan ini biasanya lebih lemah dari batu-batuan segar yang mempunyai
nilai-nilai crushing valuenya, impact valuenya, abrasi valuenya yang tinggi,
kadang-kadang sangat poreus dengan absorbsinya yang besar.
Dari sifat-sifat batu-batuan yang ada di Indonesia ini,
maka dalam menggunakannya untuk produksi beton perlu dibutuhkan pemilihan dan
penyelidikan/pemeriksaan dengan tes yang teliti. Gejala umum yang terlihat
dalam produksi adalah batu-batuan terdiri dari cukup banyak material yang
kurang kuat dan porous hampir pada setiap deposit batubatuan (akibat
pelapukan) atau terdiri dari batu-batuan yang kurang kuat dari asalnya
(batu-batuan vulkanik, tuffs, pumices, limestone yang muda). Deposit
batu-batuan biasanya dilapisi oleh tanah Hat dan material organik. Gradasi
senjang sangat umum khususnya material-material halus di bawah 0,3 mm.
Gambar
6.7 Pengaruh dari agregat dengan factor air semen pada umur 28 hari
(100 psi=
689.5kPa) terhadap kekuatan tekan
_
Batu-baman yang dihasilkan dari
pecah tangan biasanya kurang mengandung material dengan diameter antara 0
sampai dengan 10 mm, dan pasir yang dihasilkan dari produksi pecah mesin biasanya
sangat kasar ('harsh'). Gambar 6.8 memperlihatkan test-test yang . pcrlu
dilakukan di Indonesia untuk pasir maupun batu-batuan.
4. AIR
Karena pengerasan beton lerdasarkan reaksi antara semen dan air, maka
sangat diperlukan agar memeriksa apakah air yang akan digunakan memenuhi
syarat-syarat tertentu. Air tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan boleh
dipakai. Air minum tidak selalu ada dan bila tidak ada disarankan untuk
mengamati apakah air tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang merusak betorVbaja.
Pertama-tama harus diperhatikan kejernihan air tawar. Apabila ada berberapa kotoran yang terapung, maka
air tidak boleh dipakai. Di samping pemeriksaan visual, harus juga diamati
apakah air itu tidak mengandung bahan-bahan perusak. Contohnya fosfat, minyak,
asam, alkali, bahan-bahan organis atau garam-garam. Penelitian semacam ini
harus dilakukan di laboratorium kimia. Selain air dibutuhkan untuk reaksi
pengikatan, dipakai pula sebagai perawatan-sesudah beton dituano. Suatu metode
perawatan selanjutnya yaitu secara membasahi terus-menerus atau beton yang baru
dituang direndam air.
Air ini pun harus memenuhi s~
arat-syarat yang lebih tinggi daripada air untuk pembuatan heton. '`'Iisalkan
air untuk peraw'atan selanjutnya keasaman tidak boleh pHnya > 6, juga tidak
dibolchkan terlalu sedikit mengandung kapur.
5. BAHAN KIMIA TAMBAHAN (ADMIXTURES)
Bahan kimia tambahan atau pembantu untuk beton adalah
suatu produksi di samping bahan semen, agregat campuran d::n air, juga
dicampurkan dalam campuran spesi-beton. Tujuan dari penambahan bahan kimia ini
adalah untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari campuran beton lunak dan
keras. Takaran bahan kimia tambahan ini sangat sedikit dibandingk:+n dcngan
bahan utamz hingga takaran bahan ini dapat diabaikan. Bahan kimia tamhahan tidak dapat mengoreksi l:-mhosisi
spesi-heton yang bunk.
Karenanya hams diusahakan komposisi beton seoptirnal
mungkin dengan bahan-bahan dasar yang cocok. Dari macam-ma;am bahan kimia
tambahan yang ada harus diadakan percobaan awal terlebih dahulu de;ui
kepentingan apakah Lakarannya memenuhi sifat-sifat yang dituju. Beberapa bahan
tambahan mungkin mempunyai garis-garis besar atau norma yang menentukan
pemakaiannya. Suatu pemakaian dari bahan kimia tambahan yang penting adalah
untuk menghambat pengika;an sena meninggikan konsistensinya tanpa pertambahan
air. Oleh karena itu, spesi mudah diangkut serta mempertinggi kelecakan agar
pada bentuklKntuk bekisting yang sulit pun dapat terisi pula dengan baik.
Ide dari bahan tambahan serir.o berdasarkan efek
ball-bearing. Dengan kata lain gelembung udara kecil dibentuk dalam massa spesi
dan beketja sebagai pelumas yang mana konsistensinya terpengaruh.
Bahan kimia tan,bahan yang umum
dipakai adalah:
Bahan kimia lambahan
|
Tujuan
|
super-plasticizer
|
mempeninggi kelecakan (zona konsistensi dipertinggi), mengurangi jumlah
air pencampur
|
pembentuk gelembung udara
|
meninggikan sifat kedap air, meninggikan kelecakannya
|
Retarder
|
mrntlcrlambat wral pengikatanlpengerasan, tncmpcrpanjang waktu
pcngerjaan;
Diguttakan pada siar cor, membatasi panas hidratasi (struktur tingkat
berat);
|
Bahan warna
|
memberi wama permukaan
|
Penggunaan Plasticizer dan super plasticizer
dapat dilihat pada skema dibawah ini
|
6. PEMERIKASAN
6.1 Umum
Pada parargraf di muka telah dibahas
bermacam-maczm material yang campurannya dapat dibentuk dnri senma material ini
berlaku syarat-syarat yang harus dipenuhi. mcmeriksa apakah material memenuhi
petsyaratan tersebut harus diadakan berbagai pemeriksaan. Syarat-syarat yang
harus ditetapkan dapat dilakukan dalam beberapa ca a. Yang paling umum adalah
norma-norma dari produksi Nasional atau Internasional. Apabila ini tidak
tersedia, ahli-ahli dapat menuntut penjelasan cara pemakaiannya. Langkah
sclanjutnya adalah penetapan bagaimana mutu material, sehingga material dapat
diperiksa. Metode pemeriksaan dapat juga ditetapkan secara norma-nornta
pemeriksaan Nasiortal maupun Internasional.
Apabila norma-nornta ini tidak
terdapat, perlu dilakukan perjanjian sebagaimana sifatsifat tertentu dapat
diperiksa. Baik dalam melakukan perjanjian maupun penormaan harus
ditetapkan:
-
metode pemeriksaan;
-
pengambilan monster;
-
banyaknya percobaan;
-
persyaratan atau kriteria
pengujian.
-
Pada prinsipnya, dengan cara demikian seluruh
material yang akan digunakan untuk pernbuatan beton dapat diperiksa.
Jelas tentunya bahwa metode dari
pengerjaan ini bagaimanapun juga tidak dapat dilaksanakan atau terlalu banyak
memakan waktu. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil yang sama, pada produksi
bahan dilaksanakan quality control yang tetap, agar produksi selalu cukup memenuhi
persyaratannya.
Metode demikian hanya dapat dilakukan
pada proses indrustri dan mekanis, di mana bersinambungan kesamaan
selama produksi dipabrikasikan. Selanjutnya mungkin pula untuk menetapkan
bagaimana dan selang berapa waktu produksi akan diambil sebagai uji produksi
serta ba_aintana cara pcngujiannya. Dari hasil pengujian ini harus ditetapkan
secara tertentu dan akan disediakan bila para pembeli produksi membutuhkannya.
Produksi hams juga diinspcksi oleh suatu bagan tertentu.
6.2 Semen
Produksi
semen adalah sebuah contoh yang baik untuk quality control proses produksi,
agar dapat menghasilkan semen yang cukup bermutu. Lagipula untuk melaksanakan
percobaan sebagai pemeriksaan semen tidaklah mudah dan harus selalu
dilaksanakan oleh tenaga labor:in yang berkualifikasi.
Dalam kenyataan praktek tampak juga
bahwa banyak pabrik semen benar-tenar mempunyai pengawas kualitas intern yang
canggih sebagai proses produksi, sehingga kualitas semen dijamin baik. Pada
lokasi bangunan umumnya semen disuplai dalam kantong semen atau dimasukkan ke
silo semen spesial.
Pemrriksaan semen harus dilakukan
terhadap:
- kelas semen yang disuplai;
- tipe semen yang disuplai;
- tang-al pemabfikan;
- keawetan.
6.3 Pasir, kerikil, batu-karang
Agregat
hams memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk pasir dan kerikil
berlaku syarat-syarat terhadap susunan dati ukuran butir-butir yang beraneka rag-am.
Pengambilan monster dari penyimpanan agregat yang bcrbeda-beda dapat diperiksa
apakah syarat-syaratnya dipenuhi. Terutama tercampurnya kelompok butir-butir
yang berbrda atau f'nksi agrecW yang tertcntu adalah sumber yang harus dihindari.
Cara pengangkutan dan pengisian dari
lokasi penyimpanan membawa resiko prm antpurannya, Mcnjatuhkan agregat dari tempat yang
tinggi dapat ntengakibatkan butiran ter'•'e`;1r men gelinding paling jauh. Juga
angin dapat mempengaruhi pengangkutan yang dtlakukan secara ban berjalan.
Penuangan harus dilakukan selapis demi lapis. Untuk mencegah
pengotoran, perlu diperhatikan tempat penimbunan. Dasar tempat penimbunan sebaiknya serapat mungkin, dasar ini paling baik
dibuat dari beton. Berdasarkan keadaan di atas, dapat melakukan pengontrolan
susunan agregat. Pengambilan monster agergat halus,lcngan scksama dan olch
personal yang terampil. Monster ya,rr d1aml+ll iunu% vcprunl:Uif
dan cukup banyak. Untuk mengambil suatu monster pasir, lv,pll atnu nu+lwixl +yrcg:U yang lain, orang harus
mengambil (sekitar 10 kg untuk pasir dan ,to 6 SII kg untuk
al;rcg,:+t kas:m) dari puncak, tengah-tengah dan kaki gundukan. Dengan cara
r„rmnaukkan xclx>tnng papan kayu sebagai ganjalan pada lereng, material di
bawah lereng W ,arlnu disckup,
maka butir-butir di atasnya tercegah jatuh (melorot). Selanjutnya monsternumNtrr
ini dicampur aduk. Monster yang terbentuk harus dikecilkan.
Untuk mcmperkccil monster, monster disebarkan di
atas kain-tenda membentuk lingkaran dan dibagi bempa empat kuadran (Gambar 6.9) di mana letak kuadran yang berhadapan menyilang
disisihkan.
_
Gambar 6.9 Pembagian mons:er dan pekuadranan.
Dari sisa yang ada dilakukan seperti
sebelumnya, sehingga sisanya berupa pasir sekitar 2 kg dan dari agregat kasar
sekitar 10 kg. Secara mengayak, ayakan dibagi dalam ayakan kawat dan ayakan
datar (Gambar 6.10), dapat diperiksa apakah pasir atau agregat kasar
rnemenuhi pembagian butir-butir terientu. PemtI-zi~in butu-butir ini
diperlu}:an agar dari bentuk butir-butiryatau susunan beton dapat
seoptimalnya dan ruangan kosong seminimal mungkin.
Agregat dengan butir-butir lebih kecil dari 4 mm
dinamakan pasir. Agregat den.-an butir-butir lebih besar dari 4 mm dibentukan
sebagai bahan kerikil atau batu pecah (karang).
Gambar 6.10 Ayakan kawat dan datar.
Suatu
pembagian dalam kelompok butiran, contohnya sebagai berikut:
pasir 0 -1 mm kerikil 2 -8 mm
0- 2mm 4-l6mm
0- 4mm 16-86mm
Dengan
membuat sebuah analisa pengayakan (Gambar 6.11), pembagian
butiran-butiran untuk bahan agregat dapat ditentukan.
No Ayakan
menurut
|
Sisa-sisa pasior ayakan
|
Kerikil
|
|||||
Gram
|
% ( mm )
|
Pembulatan
% ( m/m )
|
Kumulatif % ( m/m )
|
Kumulatif % ( m/m )
|
|||
NEN
|
2560
|
||||||
C
|
31.5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
C
|
16
|
0
|
0
|
0
|
0
|
24
|
|
C
|
8
|
32
|
0
|
0
|
0
|
76
|
|
C
|
4
|
132
|
3,1
|
3
|
3
|
97
|
|
|
2 mm
|
152
|
12,6
|
13
|
16
|
100
|
|
|
1 mm
|
152
|
14,5
|
14
|
30
|
100
|
|
500 μm
|
340
|
42,4
|
32
|
62
|
100
|
||
250 μm
|
326
|
31,1
|
31
|
93
|
100
|
||
125 μm
|
58
|
5,5
|
6
|
99
|
100
|
||
Sisa
|
8
|
0,8
|
1
|
---
|
---
|
||
Total
|
1048
|
100
|
100
|
303
|
697
|
||
Fy = 303/100=3.0
|
FY = 697/100 = 7.0
|
Gambar 6.11 Contoh dari analisa pengayakan yang digunakan untuk pasir
Bahan agregat
untuk monster- analisis akan dituangkan dalam ayakan, kenmuian dari setiap
ayakan ditimbang sisa ayakan (yang tertinggal) dalam gram. Selanjutnya
prosentace sisa dihiitung terhadap keseluruhannya dan ditabelkan.
Hasil dari analisis pengayakan harus
dinyatakan berupa suatu grafik yang disebut. "graf•.k-ayakan". Pada
sumbu datar dinyatakan ukuran ayakan dan pac?a sumbu venikal dicartumk;3n
kumulatif/penjumlahan sisa ayakan dalam persen (Gambar 6.12).
Setelah pekerjaan
diatas selesi maka hasilnya dibandingkan dengan
norma standar lengkungan ayakan
('standard zeefkrommen') dan diperiksa apakah agregat memadai.
6.4 Air
Disebabkan air
pembuatan beton harus dites terhadap kehadiran bahan-bahan perusak yang larut
di dalamnya, maka bila ada keraguan sangat disarankan untuk menganalisis
kualitas air di laboratorium.
6.5 tiprsi (adukzin beton)
Apabila
komposisi spesi beton telah ditentukan dari bahan agregatnya, semen dan air
maka, sifat-sifat spesi beton dapat diperiksa. Pemeriksaan ini harus memakai
monster (spesimen) yang diambil dari kilang-beton ('beton molen') atau
silo-beton.
Anggapan kelecakan spesi-beton dalam
praktek suka menimbulkan pendapat-pendapat yang berbeda-beda. Seseorang dapat
berpendapat spesi tersebut "cukup kental", sedangkan orang yang lain
berpendapat spesi itu "sangat encer". Guna mencegah
ketidaksependapatan
itu dipikirkan suatu pengujian yang simpel untuk
menilai kelecakan spesi beton. Pengujian itu adalah pengujian slump. Pada lokasi bangunan, pengujian penurunan ini dapat
dilakukan untuk spesi beton yang disuplai.
Slump diperiksa memakai Corong-Kerucut Abrams yang diisi
dengan 3 lapis, tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat-baja. Setelah muka-atas
diratakan, spesi didiamkan selama seteneah detik dan kemudian corong-kerucut
ditarik vertikal ke atas perlahan-lahan. Segera, setelah itu turunnya
puncak-kerucut terhadap tinggi awal disebut nilai-slump (Garnbar 6.13).
Gambar 6.13 Alat Kerucut Abraham
Pemeriksaan spesi beton dengan cara
lain tidak begitu mudah dilakukan pada lokasi bangunan. Meskipun pusat industri
beton pasti akan melakvkannya (dengan tongkat penusuk).
Pemeriksaan Metode
- kelecakan spesi beton percobaan getar
- faktor
air-semen menimbang
dalam air metode 'pyknometer' pengeringan dan pembasahan
- kadar udara (maksimal 12%) metode tekan metode pendesakan
-
berat volume penimbangan
6.6 Beton (pengerasan)
Suatu pemeriksaan apakah beton benar-benar memiliki sifat-sifat tertentu
dal+at dilaksanakan sccan pengujian beton. Ini dapat dilakukan ketika
pengecoran, di sampine itu bcton dituangkan dalam cetakan spesial sebagai
benda-uji.
Cetakan-benda uji yang umum digunakan untuk ukuran butir-butir yang
besarnya kuranR dari 50 mm adalah berupa:
- kubus yang bersisi 150 mm;
- siiindcr berdiameter 152 mm, ketinggian 305 mm.
Dengan benda-uji ini akan dapat
dilakukan pengujian tekan dan kuat tekan. Untuk melakukannya harus disediakan
sebuah meja-tekan. Pemeriksaan ini sangat penting karena perhitungan perancang
beton berdasarkan kuat tekan beton minimal. Bila kuat tekan beton tidak
tercapai berarti swktur tidak cukup aman. Untuk pengujian kt+at tekan ini
berpedoman (syarat) bahwa, benda-uji harus disimpan selama 28 hari menurut
norma yang disyaratkan dan dalam keadaan yang dikondisikan harus mencapai nilai
(kuat tekan).tertentu. Hal ini dinamakan uji-pemeriksaan. Uji-pemeriksaan bertujuan untuk memerikca apakah bahan
yang dipilih berdasarkan kekuatan kubus yang ditentukan benar-benar dapat
tercapai di lapangan kerja.
Dengan bantuan uji-tekan dapat
ditentukan apakah bekisting yang menunjang spesi beton boleh dibongkar, ini
dinamakan percobaan pengerasan. Cara perc&aan pengerasan dapat dinilai kekuatan
kubus beton pada elemen struktur dalam saat-saat tertentu.
Dalam pengetesan suatu campuran baru dan jika timbul
situasi penoerasan yang khusus, dapat juga menggunakan uji-kubus untuk
menentukan apakah campuran cukvp kuat tekannya. Biasansa kubus-kubus untuk percobaan disimpan dalam
situasi yang sama seperti pengujian kontrol. Percobaan ini dinamakan
uji-kecocakan. Di samping uji-tekan ini, kuat tekan beton dapat ditentukan
dengan
- palu beton (tidak begitu teliti),
- pengujian silinder dan tekan dibor,
- pengukuran 'ultrasone'.
7. PRINSIP PERHITUNGAN CAMPURAN
7.1 Pendahuluan
Telah
dibahas sebelum ini bahwa beton yang baik dibentuk d: ri ~uti;-Y~utir beraneka
ragarn yang dicampur dalam perbandingan tertentu, sehingga hampir celur;':
ruang kosong terisi rapat. Pasta semen akan mcngikat seluruh butir-butir. Di
samping syarat ini kelecakan spesi beton pada pengerjaan harus cukup pula.
Kelecakan ('workability') berkaitan dengan;
- pengangkutan,
- pemampatan.
Kelecakan dipengaruhi oleh;
- kadar semen,
- tipe semen,
- bNntuk butiran,
- kadar agregat halus, - kadar air,
- bahan kimia tambahan ('admixtures') yang dipakai. Oleh perencana diminta sifat-sifat kekuatan beton
spesifik.
Sebagai centoh:
Pada pcnentuan jumlah baja tulangan, perencana berdasarkan kuat tekan beton
tertentu. Kuat tekan ini bergantung antara lain pada kadar semen dan faktor
air-semen. Dasar awal Punikiran kadar semen yaitu 325 kg/ml beton.
Pada prinsipnya harus diusahakan suatu campuran
dengan air yang akan digunakan minimal nungkin. Kebanyakan air pada pembuatan
beton akan mcnghasilkan beton berkualitas jelek. Hai demikian disebabkan pembentukan batuan-semen membutuhkan air untuk bereaksi, sehingga terbentuk
ruang-kosong dalam beton
Reaksi hanya memerlukan sedikit air. Faktor air-semen yang Wt•rh drb•rlr•rs mcm;rinkan
itu peranan penting. Andaikan F.A.S rendah yang digunaF•tn, mak•t spesi beton
tidak pat dikerjakan lebih lanjut karena spesi sangat kental dan kaku.
Pertambahan air tidak ;n han)'a mempertinggi 'workability', tetapi kualiias
beton akan _ HYPERLINK http://bCrktrrang.F.A.S.maksimal __berkurang. F.A.S.
maksimal_ yang diizinkan adalah 0,55. Dengan memakai data ini kadar air dapat
ditentukan.
Contohnya: 325 kg semen/m³ beton;
F.A.S = 0,55;
Kadar air = 0,55 x 325 = 179 liter/m3
beton.
Pengaruh lain dari pembagian buiiran
terhadap agregat Gampuran adalah sifat-sifatnya, fsian yang rapat dari
butir-butiran kasar dengan butir-butirao halus adalah suatu keinginan untuk
menghindari pemakaian bahan-ikat (semen) yang sangat mahal sesedikit mungkin.
Bagian dari butir-butir halus (sangat penting untuk pengerjaan) tidak bo}eh
terlalu banyak juga, karena spesifik permukaan butir sedemikian besarnya hin°ea
membutuhkan semen dan air yang banyak untuk pereka?an seluruh butiran-butiran.
Je1as kiranya bahwa pcngkomhinasian
dari seluruh ssarat-sYarat ini tidaklati mudah. Seorang teknisi
beton yang berkualifikasi harus melakukan iangkah-langkah sebagai berikut untuk
memenuhi persyaratan komposisi bahan-bahan dan caMFuran
Umumnya ia akan mulai da:-i
ukuran butiran terbesar, Kenludian menghitung p`ndosisan dari ukuran butiran
yang lain. Dari perhitungan ini timbuJah sebt}ah "Iengkung campuran"
yang ideal. Tugcs dari teknisi b~ton yakni, da,i spasi dan kerikil yang
te:sedia ia akan rnenca:npur sescm;:ur;,a mungJ;in hingga campurannya
r»endekati "lengkLng can"p;rran idieal.Pedoman untuk kopensisi spasi
beton yang dapat dipegang yaitu perbandingan antara semen, pasir dan kerikil
berupa 1:2:3. Satuan perbandingan ini dalam volume. Praktis dapat dikatakan
sebagai 1sekop semen, 2 sekop pasir dan 3 sekep kerikil. Berdasarkan semen 50
kg (adalah 50 liter)berati perbandinan campuran dalam brton Jor 40 ut r ser w,
&:1 c:.~r p_ .: Jan 120 liter 5ua,u
wn,puran be:w paalseriag
Tentunya pertiandinzan campuran ini
dapat juga din~atakan dalam satuan berat. Biasanya hal ini dilakukan pada
industri b~ton siap pakai s-ang a man menentukan secara menirnbang
berat serrten, pacir Can bahan a4--at campuran. Perbandingan
campuran ini menghasiikan suatu campuran beton untuk ban=-~:ran
beton sederl.ana dengati mutu yang eu}:up ber}:ualitas.
7.2.
bagaimana mebuat campuran beton dengan perbandingan volume 1:2:3 yang baik
7.2.2 Pendahulan
Dalam konsep Pedoman Beton 1989,
Pasal 4.2.5 rJan 4,2.6 masih diperkenartkan uniuk meiaksanakan produksi beton
dengan menggunakan teknik penakaran volume. Sebenarnya dengan perbancingan
volume masih dapat dihasilkan beton dengan mutu yang cukup baik. tctapi harus
dilakukan pengawasan dan perbandingan caml>uran yang dapat rnemenuhi
syarat-syarat mv:,r beton sebagai beril.vt; kekuatan, kelecakan ('workability')
dan ketahanan ('durability'}.
Di lndonesia digunakan campuran
dengan petbandingan volume I•7.~.3 )an-o _ S.•'nr~ tidak
rnemenuhi syarat-syarat bcton di atas. 17engan rnelakukan modifikasi dari
carnpuran 1:2:3 ini ctan dcnran rnemperhst:i:an gradasi campuon, diameter
makcimum agregat, fa1.-tat
bentuk agregat dan jenis agregat halus, maka masih dapat
diproduksi beton dengan mutu baik (Iihat Tabel 6.1).
Koefisien variasi dalam persen
|
Pengawasan dari material
|
Batching
|
Pengawasan
|
|
Agregat
|
Air
|
|||
5
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.2.2 Masalah produksi beton dengan
perbandingan 1:2:3 di Indonesia
a.
Masalah agregat kasar yang dipakai
Pada massa yang
lalu beton diproduksi dengan menggunakan agregat kerikil yang diambil dari sungai secara alamiah yang terdiri dari bernacam-macam ukuran 5 m sampai 50 mm
yang tidak dicuci, yang meml'unyai
gradasi berubah-ubah pada setiap pengiriman do" k:'+13119k•ulang lid:+k
memenuhi syarat gradasi yang diperlukan, di mana material dari ukuran S - ]0 mm
seringkali tidak ditemukan. Agregat macam ini seringkali mempunyai gradasi yang
senjang.
Bila
agre€at dengan cara pecah tangan digunakan What Gambar 6.14 dan 6.15), hasil
produksi ini jarang sekali diayak dan masalah gradasi senjang merupakan masalah
utama. LJkuran agregat S -10 mm selalu tidak ditemukan sehingga kesenjangan
gradasi makin besar• Beton yang diproduksi dengan agregat ini biasanya tidak
cukup kelecakanny3, mudah segregasi dan pendarahan ('bleeding').
Pada akhir-akhir ini hasil agregat
dari mesin pemecah batu mulai banyak digunakan dan biasanya didapatkan dengan
ukuran 0 - 5, 5 - 10, 10 – I5 atau 10 - 20, 20 - 30. Meskipun senng dijumpai
bentuk agregat yang pipih dan. memanjang, dan kadangkadang porous
tidak cukup kekerasannya. Agregat dari mesm pemecah batu ini adalah
_
Gambar 8•14 Pemecahan primer batu yang dilakukan secara manual
dengan mukul
_
Gambar 6.15 Pemecahan batu sekunder yang
dilakukan secara manual.
jenis anregat yang terbaik yang dapat digunakan untuk
beton karena gradasi dan
ukurarrnya dapat direncanakan
pemakaiannya.
b. masalah agregat halus yang dipakai
Pasir digali dari tempat-tempat yang
rerpilih di sungai-sungai dan biasanya dijual tanpa pencucian atau pengayakan.
Para pemasok atas permintaan kontraktor-kontraktor kadan?-kadam,
dihamckan mencuci lanai liL:
yang zda -. 2,:i,:n: pasir, ha1 ini
mengakibatkan butir-L,utiran halus yang diperiukan juga ikut hilang (ukuran
antara 0,3 mm dan ayakan nomor 200).
P:tsir alamiah
yang dijual dipasaran dan digunakan untuk produksi beton biasanya terlalu kasar
(pasir cor) dengan gradasi masuk daerah zone i (sesuai dengan B.S. 882) dan
sangat kekurangan material-material yang le•a,at ayakan 0,3 nun.
Sedangkan pasir
alamiah halus yang masuk dalam zone 2 atau 3 biasanya hanya digunakan untuk
produksi mortar dan plesteran (pasir pasang).
Pasir ini memang agak terlalu halus untuk beton di
mana ukuran di atas 3 mm jarang dijumpai sedangkan kadar tanah liat dan
lanauny'a cukup banyak; bagaimanapun juga bila pasir jenis ini dicuci dengan
baik, pasir halus ini dapat berfungsi sebagai pasir carnpuran bila pasir ini
dicampur dengan pasir cor maka akan didapatkan pasir ideal yang masuk dalam
zone 2 $.5.882. Pencampuran 2 macam pasir jarang digunakan di Indonesia.
7.2.3. Praktek pencampuran beton
perbandingan I : 2 : 3 dalam volume
hlenurut
PBI 1971, semua jenis beton strukiur kecuali untuk beton-beton nonstruktural,
h,vus direncanakan untuk memenuhi kelecakan, kekuatan dan durabilitas bcton.
Hal ini tnasih jarang dilakukan di Indonesia dalam proyek-proyek kecil maupun
sedang.
$any'ak koniraktor untuk proyek kecil dan sedang
masih menggunakan PBI 1955 yang 1rensyaratkan semua beton
stnrktural dengan kondisi Jingkungan normal direncanakan dengan
impuran perbandingan volume {1 senwn '1 yu<ir : t lrrvrl). llntuk kundisi
lingkungan rat PBI 1955 mensyaratkan memakui prhundingan i : I,S : 2,5. Dcngan
mengikuti biasaan ini para kontraktor tidak met;rkuk;m lxruhahan pada
pcrbandingan antara pasir an agregat kasar. Hal ini sangat disay:+ngkan, schab
untuk mendapatkan kelecakan dan ifat kohesif yang baik pada beton yang
dipnxiuksi dari agregat yang tidak mengalami roses dan gradasinya senjang
adalahdcngan mengubah persentasi perbandingan pasir dan gregat kasar.
Beton yang dic. mpur dengan
perbandingan volume ini biasanya juga tidak dilakukan koreksi akibat 'bulking
of sand' (pasir membengkak). 'Bulking of sand' adalah sifat pasir yang bila
kering atau jenuh air mempunyai volume yang sama, tetapi hila kadar airnya
berada di atas keadaan kering membutuhkan volume
yang lebih besar untuk berat tettentu, Hal ini diakibatkan adanya minesi atau
lapisan film yang mengakibatkan beRambahnya volume (lihat Gambar 6.16).
Gambar 6.16 Bulking dan pasir
Besarnya persentasi dari 'bulking of
sand' ini sangat tergantung pada kadar air dalam pasir dan kehalusa.n pasir
tersebut (lihcit Gambar 6.17).
Kotak-kotak yang dipakai untuk
produksi beton biasanya kotak-kotak dengan kedalaman yang rendah (lilrar Garnbar 6.18), di mana bila ada kekurangan pengisian atau kelebihan
pengisian mengakibatkan kesalahan yang besar. Pengawasan dari pengisian agregat ke
dalam kotak juga sering tidak dilakukan. Pada
proyek-proyek kecil masih digunakan emberember untuk rvensdi alai pencampuran
beton, sehingga semen yang sudah tertimhang tiap . 40 kg ditimbun dagan sebuah
kotak besar dan diambil dengan menggunakan takaran ember. Hal ini mengakibatkan
jumlah semen dalam tiap-tiap pencampuran berubah-ubah jurnlahnya. Kadar air daiam zL.egat dan jumlah air yang diberikan pada campuran tidak
diawasi.
Pengukuran jumlah air yang diberikan
menjadi tanggung jawab kepaia regu pengecoran yang pada umurnya tidak atau
belum menpunyai latar belakang pengetahuan beten teknologi
_
Gambar 6.17 Peningkatan volume
terhadap pasir kering (%)
_
Gamhar 6,18 Lkuran kotak yang dangkal seperti ini tidak d:ipzt
me.^,jamin pensukuran yang tepat dari campuran beton.
Dalam prakteknya beton yang dibuat dengan cara di atas
tidak cukup kelecakannya, rmdah segregasi, seringkati tidak cukup kekuatannya
karena hila beton sulit untak dikerjakan satu-satunya jalan dilakukan penatnbahan air yang akan mengurangi keku; tanrrya, durabilitas datr
kadang-kadang malah membuat beton mudah keropos (terjadi 'honeycomb', Gambar
6.19 dan 6,20).
Cara mengatasinya:
Agregat : Pakai agregat hasil mesin pemecah batu
Ukuran maksimum sebaiknya ditentukan bagian mana yang
akan dicor dan Jarak penulangan yang ada. Pada
umumnya dcngan melihat kondisi di proyek-proyek sebaiknya dipakai diameter 20
mm dan dua macam fraksi agregat 5 - IO dan 10 - 20.
|
|||
Pasir :Sebaiknya dipakai pasir yang masuk dalam zone
2 atau 3, tetapi bila pasir ini tidak cukup bersih sebaiknya dipakai pasir zone
1 saja.
Bila sulit untuk mendapatkan test analisis ayakan dati
pasir, maka sebaiknya membuat contoh-contoh pasir yang masuk dalam tiap-tiap
zone da'i laboratorium material beton. Contoh-contoh
material dapat dimasukkan dalam botol-botol kecil tembus pandang (iilrat
Garnbar 6.21). Setiap adanya pengiriman pasir baru haruslah dikategorikan jenis
pasirnya dengan berpatokan pada contoh-contoh pasir di atas, bila ada perubahan
zone, maka haruslah dilakukan revisi pada rancang campurnya.
Gambar 6.21 Botot-botol tambus
pandang yang berisi pasir menurut zonenya masing-masing.
Semen :Sebaiknya digunakan mixer yang dapat mencampur
minimum 40 kg semen dalam satu kali pencampuran, dengan cara ini rnaka dalam
tiap-tiap campuran jumlah semen yang dipakai konstan sehinaga kekuatan yang
dicapai _ HYPERLINK http://dalr.tt __dapat_ lebih seragam.
Air :Sebaiknya
diadakan pcnoukuran terhadap air bila semen yang digunakan 40 kg tiap
campuran,,maka air efektif yang digunakan bila material dalam keadaan kering
jemth permukaan (S.S.D) adalah 20 - 25 kg di ntana faktor air semen = 0,5 -
0,6. Dengan faktor air semen ini diharapkan slump yang dicapai cukup baik.
Agregai biasanya tidak dalam keadaan S.S.D sehingga perlu dilakttkan koreksi
pada jumlah air yan; dipakai. Biasanya pasir cor kita dalam keadaan basah
sekali sedangkan agregat kasar dalam keadaan kering.
Untuk menunmkan temperatur agregat kasar (penting
sekali pada pengecoran di cuaca panas) sebaiknya agregat kasar disiram dengan air
dan penyiraman dilakukan dengan 'sprinbkling' agar kadar airnya dapat
dipertahankan cukup konstan.
Slump test, baik yang konvensional maupun K slump
tester dapat digun.:kan untuk melakukan pengendalian pada jumlah air yang
diperlukan dengan cara mcnakar air dalam dua tahap.
Tahap pertarna, setengah dari jumlah air yang
diperlukan dimasuk-kan bersamamma dengan agregat dan pasir,
kemudian setengahnya dimasuk-kan bertahap sesuai dengan Keadaan beserta
melakukan pengendalian dengan slump test.
Bahan kimia tambahan ('admixture):
Dengan
meningkonya buga semen dan harga 'admixture' relatif k-onstan, mak-a
sebaiknya 'admixture' dijadik-an bahan tambahan )-ang
dapat membantu pengerjaan b.eton agar didapat hasil yang lebih baik.
Jenis 'admixture' 3,ang
disebut sebagai 'super plasticizer' dapat digunakan untuk mengendalikan slump
pada Mon dengan faktor air semen yang konstan, Dengan faktor air semen 0,5
slump dapat diatur dar-i slump rendah 0 - 5 cm sarnpai dicapainya beton encer
('flowing concrete'). Untuk menghindari pengikatan awal ~'ang cepat pada
tempera t u r-temperatur panas sebaiknya diberi 'retarder agent' untuk
memperlambat pengik-atan. Sambungan dingin (‘cold joint) dan
kerumitan pengedaan beron merupakan masalah yang harus dihindari dalam setiap
pekerjaan beton.
7.2.4. Cara mencarapur beton yang baik dengan menggunakan
perbandingan volume 1:2:3
Dalam
pedoman beton 1989 diperkenankan juga mencampur beton deng-an perbandingan
volume yang didapatkan dari perhitungan dengan perbandingan Agar tidakredu
IOWA= puNwngan Sked duln' maka rancang campuran dapat dilihat pada TAN 52.
Mutu beton C-15-C beral beton dengan
mum MO kgkml yang momakai sampt Mulu heion C-2a-S berarti beton dQn_Pan mutu
200 kg/cm² yang memakai Sampel berbentuk kubus.
Contob peng.unaan label raroang campuran perbandingan volume.
Diketahi:
Mutu beton yang akan dibuat: C - 15C, agregat halus zone 1, semen
Gresik atau tiga roda, ukuran diameter agregat 20 mm, ketingaian slump yang
dipakai 65 – 135mm.
Menurut tabel 6.2 yang diperlukan (perbandingan berat) adalah:
Semen = 300 kg
Pasir = 810 kg (agregat halus)
Kerikil = 990 kg (agregat kasar)
Air dipakai = 150-165 kg.
Dalam merubah perbandinagan berat ke perbandingan volume dipakai anggpan
sebagai berikut:
Berat Volume pasir =
1600 kg/m³
Berat volume kerikil = 1440 kg/m³
Dan bulkig of and =
20%
Untuk 40 kg semen didapat volume dari :
Pasir =
0.0810 m³
Batu pecah = 0.0920 m³
Ukuran kotak yang dipakai :
- untuk batu pecah bila kedalaman dan lebar kotak 30
cm dan panjang kotak 34 cm
- untuk pasir bila kedalaman dan lebar kotak 30 cm dan
panjang kotak 45 cm.
_
Agar campuran ini dapat diketahui baik tidaknya maka
sebaiknya perlu dilakukan pekerjaan percobaan yang diperiksa kelecakannya,
kekuatannya dan durabilitasnya. Beberapa cara usulan dapat dilakukan untuk
memeriksa apakah campuran beton ini cukup baik atau tidak. Bila terjadi 'over
sanded' atau 'under sanded' maka sebaiknya campuran dirubah dengan mengurangi
atau menambah junilah pasir yang dipakai, bila kelecakannya kurang maka ada 2
alternatif yaitn:
Alternatif I perlu ditambah airnya tetapi tentu harus
diperiksa apakah kekuatannya masih dapat memenuhi syarat. Kemudian alternatif
II, digunakan 'admixture' yang mempunyai sifat 'retarder' dan 'water reducer'
yang sangat membantu kekuatan dan menunda waktu pengikatannya.
Bila kekuatan tekan dari hasil benda uji tidak memenuhi
syarat pemeriksaan mutu beton untuk mendapatkan tegangan beton karakteristik,
maka ada dua penyebab yang mengakibatkan tegangan karakteristiknya tidak
tercapai.
Penyebab pertama adalah bila standar deviasinya tinggi
maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap cara pengerjaan beton dan bahan
material campuran beton. Deviasi yang besar dapat diakibatkan oleh
ben'ariasinva bahan-bahan yang dipakai atau ketidak seragaman pengerjaan,
misalnya jumlah air yang dipakai benariasi atau cara mencampurnya mengakibatkan
variasi yang besar.
Penyebab kedua adalah bila target kekuatan kokoh tekannya
kurang tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan merubah rancang campuran :iengan
merencanakan untuk mutu beton yang lebih tinggi, misalnya C20-S. Sebaiknya pada
waktu membuat rancang campuran dipersiapkan tiga macam mutu, lihat Tabel 6.3
dan kota};-kotak agregat dan pasir dipersiapkan juga untuk dapat dimodifikasi
sedemikian rupa hingga dapat memenuhi penakaran beberapa macam campuran ini.
7.2.5. Rangkuman
Dengan menggunakan Tabel
6.2 dapat dicari perbandingan volume untuk setiap 40 kg semen campuran beton
untuk berbagai macam kombinasi dari diameter agregat maksimum, tipe agregat
halus, kalecakan dan kekuatan ter,entu.
Perbandingan volume ini tetap dalam perbandingan 1:2:3,
tetapi ukuran kotaknya ditentukan berdasarkan volume yang digunakan. jadi satu
kantong ('zak') semen berbanding dua kotak pasir dan tiga kotak agregat
sedangi:an ukuran kotak pasir tidak sama dengan ukuran kotak agregat.
Perbandingan Volume I:2:3 tetap diperahankan agar
kebiasaan di lapangan tidak diubah, sebab merubah kebiasaan di lapangan
membutuhkan pendidikan yang lama dan berkesinambungan.
8. PENUANGAN SPESI-BETON
8.1 Pendahuluan
Cara pe
nuangan/pengecoran dan perawatan dari spesi beton sangat besar pengaruhnya
terhadap kualitas akhir beton di lapangan. Jika seorang teknisi beton telah
memilih suatu komposisi campuran yang tepat dan bahan-bahaa dasar dicampur
secara akurat, maka pada prinsipnya telah merupakan suatu dasar kualitzs beton
yang baik.
Selain dari ketepatan campuran, beton yang berkualitas baik masih berkaitan
dengan dua aspek lain:
1). kualitas
penerapan;
2). kualitas
perawatan-kcmudian.
Pelaksanaan yang baik berkaitan denean m;aalah yang telah
dipikirkan lebih dahulu berupa penuangan dari elcmen struktural Sebelum ini
harus direncanakan suatu pengecoran
_
Di mana akan memperhitungkan jumlah
beton yang dicor, penempatan tenaga keria dan alat-alat bantu yang tersedia.
Di samping itu, bekisting harus
diperiksa kemanfaatannya dan harus ditxrsihkan dari sisa-sisa kotoran,
kawat-pengikat dan kayu-kayu. Kayu bekisting (acuan) harus disemprot sampai
basah atau diminyaki dengan minyak-bekisting agar pembongkaran bekisting mudah
dikerjakan.
8.1.1 Kelanjutan syarat-syarat
Banyak syarat-syarat yang ditentukan
untuk beton dapat dicantumkan dalam sebuah bestek. Di sini, yang harus minimal
dicantumkan adalah:
- tingkat kekuatan;
- tingkat lingkungan:
- kondisi konstruksi (beton pra-tekan, beton bertulang, beton tidak
bertulang). Jika mungkin ditambah dengan:
- mutu beton;
- zona konsistensi (nilai slump); - jenis semen;
- bahan kimia tambahan (admixtures);
- ukuran butir-butir:
- syarat-syarat untuk ke,iiatan yang khusus:
. beton dalam air
. beton kedap air
. beton (bersih) dan sebagainya
Untuk situasi yang khusus, sewaktu pelaksanaannya harus dapat
diperhitungkan ketentuan-ketentuannya.
8.2 Pengangkutan spesi beton
Pengangkutan
dari pabrik teton ke lokasi bangunan dapat memakai truk-mikser dan isinya
bewariasi dari 4 ni= sar~,r~i 8 m'. Isi dari truk-mikser sering
dituangkan sementara dalarn silo-beton. Ak:an t:;: ni ~i'a mungkin lebih
cenderung spesi beton lanesnng dicor dalam bekisting.
Seandainya beton dicampur pada lokasi bangunan, maka
angkutan ke lokasi bangunan ditiadakan, hal demikian han:.a akan membutuhkan
pengakutan spesi beton di lokasi bangunan sendiri.
Spesi beton
dapat diangkut ke : ;kasi bangunan dengan beberapa cara (Gambar 6.22):
-dengan 'kubel' (Gt:rnb;.r 6.24) yang diisi dari
silo-beton atau truk-mikser/aduk. - dengan
alat ix roda seperti: kereta dorong, bak beroda, adukan berjalan. Bila jalanan
jalanan pengangkutan c~rkualitas jelek, kemungkinannya besar bahwa spesi beton
tidak tercampur ketika diangkut (ini tidak diinginkan). Jalanan pengangkutan
yang baik akan mengindari masalah tersebut.
-dengan
talang-cor miring; spesi beton mudah dan dapat dengan cepat dibawa ke tcmpat
cor. Dalarn cara ini harus juga dihindari penyampuran spesi beton. Untuk
mcnjamin kccukupan arus penuangan, talang-cor harus dipasang agak curam dan
~hcsi beum harus :ukup Flasiis.
- dengan pumpa-beton (concrete
pump'); spesi beton dilewatkan melalui pipa-pips hantarnya dan slang-slang
dengan bantuan pompa mekanis ke tempat yang dituju.
Sistim ini digunakan pada pengecoran beton skalan besar
dan pembuatan pesyaratan khusus terhadap komposisi spasi beton ( Gambar 6.23)
_
Gambar 6.22 Alat-alat pengangkutan spasi beton.
Gambar 6.23 Pompa sedang berkerja.
8.3 Penuangan
Pengisian acuan
dengan beton dinamakan "penuangan/pengecorari'. Karena spesi beton bar-us
dikcrjakan dalam waktu yang singkat, maka ini merupakan suatu pekerjaan yang
kritis. Ketika pengecoran harus dilakukan penjagaan yang cukup. Apabila pada
penuangan
terjadi suatu kesalahan; maka
tindakan biaya perbaikannya tinggi dan besar. Kemungkinan bahwa nivo kualitas
pekerjaan beton juga sangat mengecewakan. Bergantung pada pengecoran
elemen-elemen: dinding, kolom atau lantai struktural harus dijaga masalahmasalah
yang spesifik. Untuk dinding dan kolom jarak "tinggi-jatuh" dari
spesi beton tidak boleh jauh, agar mencegah segregasi spesi beton (Gambar
6.24). Percampuran spesi ini disebabkan karena bahan-bahan yang terberat dan
terbesar akan jatuh ke bawah lebih dahulu. Selanjutnya kerikil dan kemudian
pasir dan akhirnya pasta semen yang akan jatuh dalam bekisting. Percampuran
sebelumnya yang baik itu akan terpengaruh dan kualitas beton bumk sekali.
_
Gambar 6.24 Percampuran akibat jarak tinggi-jatuh
yang besar.
Karena itu maksmal tinggi-jatuh bebas
akan dibatasi sampai sekitar 1,5 meter. Untuk tinggi-jatuh yang sanzat tinggi
harvs digunakan talang-cor atau klep-cor pada bekisiing (Gambar 6.24). Tulangan
pada lantai-lantai di mana pekerja-cor akan berjalan di atasnya
jangan dirancang terlalu kecil (lunak). Perhitungkan pula
dengan pembebanan yang tinggi akibat kendaran-angk-utan pada
dasarianah.
Checklist berikut ini harus dilakukan
sebelum penuangan:
- apakah tulangan telah selesai;
- apakah bekisting/acuan telah dibasahi
dan/atau diberi minyak-bekistine;
-kecukupan adanya perancah, tangga
dan. papan untuk dijalani;
- cukup personil;
- listri}:/lampu bila dibutuhkan;
- cukup adanya bahan-bahan;
- apa ada bahan persediaan;
-apakah ac9a ja!anan masuk, rute pengangkutan;
-adanya alat pemadatan;
- apakah ada bahan perawatan-kemudian;
-bagaimana ramalan cuaca.
Bila seluruh aspek-aspek ini telah
heres, maka spcsi beton dapat dituangkan dalam bekisting. Jika spcsi~hcion
didatangkan d:rri pusat-(industri)-beton siap pakai, maka
dibuat perjanjian dengan pusat beton
siap pakai mengenai:
-banyaknya spesi beton;- kornposisi beton, kekuatan
beton;
- konsistensi (nilai slump);
- tanggat dan waktu disuplai;
- pemasukan dalam m' per jam;
- keinginan spesial yang berkaitan dengan bahan
tambahan.
8.4 Pemadatan
Apabila
spesi beton dituangkan dalam bekisting, maka di antara dinding dan spesi beton
juga di dalam campuran spesi beton sendiri terdapat banyak udara- Jika
selanjutnya tidak dikerjakan apa-apa, maka udara itu akan membentuk banyak
ruang-kosong dalam
beton. Kuang-kosong ini sangat merugikan bagi kualitas beton. Karenanya,
spesi beton yang baru dicor harus "dipadatkan". Pemadatan berarti
ruang-kosong (biasanya berupa geleml?ung udara tersekap di sekitar tulangan dan
di sudut-sudut bekisting) dalam spesi beton akan ditiadakan, agar spesi beton
akan menempati seluruh sudut-sudut bekisting dan sekeliling tulang secara
optimal.
Metode pemadatan beton itu banyak dan berbeda-beda
pula. Pemadatan dengan tangan yaitu: dengan cara menusuk-nusuk dan menumbuk.
Dengan sepotong kayu atau batang lain (misalnya diamter 16 mm) yang dinamakan
batang tusukan atau rojokan, dapat ditusuktusukan dalam spesi beton (Gambar
6.25).
Sedangkan menumbuk yakni dengan menggunakan palu
mengetuk-ketuk bekisting. Cara menusuk-nusuk ini didapat spesi-beton yang cukup
padat dan kelecakan harus cukup pula agar mendapat hasil yang baik. Karena
tenaga tusukan yang digunakan kecil, maka pemadatan spesi beton yang kurang
lecak tidak begitu baik.
_
Gamber 6,25 Menvsuk-nusuk.
_ _
Gambar 6.26 Menumbuk.
Menumbuk.
Metode ini dapat
digunakan bila spesi yang dipakai kental, misalkan pada lantai yang tidak
bc;gitu tebal. Beton dapat dipadatkan dengan menumbuk untuk tebal lapisan
setinggitingginya 100 mm (Gambar
6.26).
Di sampine metode tangan ini untuk
pekerjaan beton skala besar biasanya digunakan pemadatan mekanis Jan yang urnum
dipakai adalah jarum-penggetar (Gambar
6.27).
_
Gambar 6.27 Jarum penggetar.
Jarum penggentar terdiri dari mesin
dan selang karct dengan baja lancip yang menggetar antara 3000 dan 12000
getaran per menit.
Di samping jasum-penggetar ini ada
alat yang lain juga:
- penggetar pennukaan
- penggetar bekisting/acuan
- maja-penggentar
- pengeetar 'terpedo'
- balok-penggetar
pemadata beton pada pelaksanaan
nterupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam menentukan kekuatan beton
dan ketahanan beton. Banyak sekali kegagalan Won diakibatkan karena kurangnya
pemadatan, dan terjadinya keropos-keropos pada beton, salah satunya disebabkan
kekurangan pemadatan. Dalam praktek, bahaya akibat kurang padat tebih banyak
terjadi dibanding dengan kelebihan pemadatannya.
pada gambar 6.28 dapat dilihat bahwa
makin lecak betonnya semakin mudah pcmad:+t;,nny:r. !,i:akin rendah slurnynya
makin sulit pemadatannya dan kalau pr. madatanrn'l kurang m.V,in tajnm pcnurunan
kekuatannya.
Di negara Indonesia hampir seluruh tahun
penuangan beton dilakukan pada cuaca panas, penurunan kelecakan dapat terjadi
dalam jangka waktu pendek, oleh karena itu it keadaan slump fang rendah selalu
mcrupakan masalah utama.
_
Gambar 6.28 Hubungan faktor air semen dan kekuatan tekan.
Bila slumpnya rendah dan beton mulai
mengikat, maka tahanan yang dilakukan beton pada alat penggetar sangat besar
sehingga pemadatan selalu kurang sempurna clan sering terjadi kcrusakan pada
alat penggetarnya. Alat penggetar cadangan hanrs selalu tersedia
pada setiap proyek. Bila tidak ada alat penggetar cadangan yang berjumlah
minimal satu sebaiknya pengecoran dibatalkan. Bila digunakan banyak penggetar minimal
hams tersedia dua penggetar cadangan. Bila digunakan 3 pc negetar
minimal harus tersedia satu penggetar cadangan.
Agar nilai
slumpnya tetap tinggi, tetapi kekuatan tekannya tidak menunm, sebaiknya
digunakan plasticizer atau super plasticizer dengan pengaruh retarder untuk
menunda pengikatannya. Cukup tidaknya pemadatan yang dilakukan pada suatu
proyek san`atlah peniinn untuk dipzrhatikan karena daiam kenyataan di lapangan
mengukur cukup atau tidaknya pemadatan merupakan masalah yang utarna.
Para pekerja yang melakukan pekerjaan
ini harus dibekati cara-cara praktis ur.tuk mengetahui cukup tidaknya
pemadatan. Dengan menggunakan panca-indra yang ada diharapkan dapat ditakukan
keputusan-keputusan apakah telah atau belum cukup pemadatan
)ang dilakukan. Penggunaan indra pengiihatan dan indra pendengaran
sangatlah penting dalam memeriksa pemadatan. lndra penglihatan digunakan untuk
memeriksa apakah pemadatan sudah cukup.
Dalam proses
pemadatan dapat dilihat keluamya gelembung udara dari beton, dimulai dengan
gelembung-gelembung udara yang besar kemudian disertai gelembung-gelembung
udara yang kecil (lihat Gambar
6.29). Juga dapat dilihat pada
pcrmukaan beton akan mulai bersinar akiha[ cukupnya air akibat pendarahan
('bleeding').
Penggunaan indra pendengaran digunakan
untuk memeriksa frekuensi dari alat rcnggetar. Alat penggetar yang berada di
luar beton akan mengeluarkan suara yang nyaring berfrekuensi tinggi, tetapi
begitu dimasukkan dalam campuran beton rnaka suaranya menjadi r•ed::h dan
frekuensinya rendah pula, kemudian lambat laun suaranya akan meninggi dan
mencapai frekuensi yang konstan, bila hal ini terjadi maka pemadatan sudah
cukup. Dengan nknggunakan kedua indra ini pengetesan CA-Up
tidaknya pemadatan dapat dilakukan secara "dwhana. 1'entu saja pengalaman
para pekerja dan pendidikan sangat penting dalam tnelaksanakan
pckerjaan pemadatan.
_
Gambar 6.29 Proses pemadatan dengan jar-um penggetar.
Pekerjaan menggetar memakan banyak
waktu tenaga-kerja dan harus secara akurat. Agar menghasilkan konstruksi beton
yang baik, dibutuhkan kecanggihan tenaga kerja dan pekzrja harus diberi
instruksi cara bekerja alat tersebut (Gambar 6.30)
_
Beberapa pedoman umum yaitu:
-pada tempat-tcmpat yang dekat jaraknya dilakukan dengan wai,tu getar yang
pendek;
-masukkan jarum-penggetar dalam arah vertikal dan dengan bc;ratnya sendiri
(jangan dipaksakan);
-bila tampak permukaan di sekitar jarum-penggetar mulai licin, tarik
perlahan-lahan sehingga lubang yang ditinggalkan jarum-penggetar akan menutup
dengan scndirinya;
-perhatikan letak kerja dari alat penggetar, jarak yang digetarkan harus
sedemikian agar tidak saling berlewatan.
-jangan sampai menggetarkan konstruksi tulangan;
-hindarkan singgungan antara atat penggetar dan bekisting;
-pengangkutan/memindahkan spesi beton dengan alat. penggetar tidak
diizinkan (Garrtbar 6.31).
Pemampatan atau pemadatan pada siar-cor (tempat spesi
beton di antara dua pengocoM yang berbcda-beda) harus spesial diperhatikan.
Jika M on pengecoran pertama sedos gklnkan menieras, maka pemampatan bagi
pengecoran kedua hingga menyatu tidak memun' Sarnbungan ini pasti akan tampak
dan berarti sambungan yang lemah dalatn konstruksi.
_
8.4.1 Pendarahan ('Bleeding')
Pada
penuangan spesi beton senantiasa akan terdapat tidak tercampurnya spesi beton
(dari salah satu sebab). Bahan-bahan yang halus (ringan) biasanya terdesak oleh
bahan kasar (berat). Air merupakan bahan yang paling ringan dalam campuran clan
akibntnva
yaitu air naik kepermukaan beton. Pengendapan dan
penaikan air ini dinamakan pendnrahan
(Weeding') (Gambar 6.32). Banyak atau
sedikit ierjadinya pendarahan tergantung dari susunan butir, banyaknya air dan
kecepatan spesi rnengeras. Akibat dari pendarahan akan men_hasilkan kualitas
permukaan beton sangat buruk.
_
Gambar 6.32 Pendarahan ('bleeding').
8.4.2 Sangkar kerikil
Akibat dari tinggi-jatuh yang tinggi
atau kerapatan tulangan dalam bekisting, dan jarak dari dinding bckisting yang
terlalu dekat, dapat terjadi sangkar
kerikil (Cambnr 6.33). ltal
ini adalah pengurnpulan kerikil di satu tempat di mana kadar pasir dan scmennya
scdikit. Sangkar kerikil ini dapat dicegah secara:
- tinggi-jatuh yang rendah
- kecukupan ruangan antara batang tulangan clan hckisting
- ukuran hutir-butir sesuai dengan ruang bebas di bekisting
- Pernampalan yang baik.
_
Cambar 6.33 Sangkar kerikil.
8.5 Penyelesaian .
Bagian yang tidak tertutup dari bcton umunya dilihat segi estetika atau
sebagai permukan yang digunakan, perlu diberi lapisan penyelesaian. Di sini
banyak metode-metoda pemiukaan nleiode yang dapat digunakan. Penyelesaian untuk
dapat dan mudah diselesaikan dengan memnkai alat penggusok licin (Gambar
6.34),
_
Gambar 6.34 Alat pengboyok licin.
Pada bagian sebelah alas konstruksi
laniai dapat dilicinkan secara meleret ('afrijen'). Sehmnng k:lyu penghantar
dilctakkan pada kctinggian tertentu, ini dapat benrpa kayu iurus :rt;nr pipa
metal, kemudian sccara meieret pcmlukaan diratakan (dinamakan )eretan). Ada
kal;snya p;sda pcrrnukaan lantai diberi pen)eiesaian-kemudian yang bcrupa
lapisan lantaipclindong spesial. Dalam beberapa hal sering juga tidak diberi
lapisan penyelesaian. Lantailxlinsiung spcsial dapat dibentuk dengan
menebarkan material supaya rnembentuk lapisankeausan ekstra yang keras.
Pembuatan lantai-pelindung unwnulya dilaksanakan oleh pzngusaha lantai-pclindung
spesial.
Cara lain untuk lapisan pcnyelesaian
dengan menggunakan: beton berstruktur, beton rapi ('achoonb~aon') atau beton
selaput ('gewassen beton'). Pada beberapa hal beton dikerjakan dengan palu
'bouchardeer' (lihat Bab 7, Gambar 7.12) agar mendapat pemnrkaan beton Csifik. Untuk hal yang
lain pernlukaannya dengan bantuan semburan api (pembakar).
9. PERAWATAN-KEMUDIAN (RAWATAN-KERAS)
Bila seluruh pekerjaan yang dibahas
di atas diterapkan dengan benar, tini akan menrpakan cla:ar duri beton yang
baik. Tetapi ketika men.-eras periu
perawatarl juga. Tindakan-tindakan yang Jiarnbil setelah penuangan, agar
mendapat situasi pengerasan yang optimal akan dirangkum dalam paragraf
"perawatan-kemudian".
Fungsi primer dari
perawatan-kernudian adalah mengfiindarkan:
-kehilangan zat-cair yang banyak ketika pengerasan beton
jam-jam awal;
-kebanyakan pcnguapan air dari beton pada pengerasan
bcton hari pertama;
-perbedaan ternperatur dalam Lxton yang
mcngakibatkan rcngat-rengat atau retakan nada beton.
Ratakan urnunlnya tidak diinginkan
(tampak yang jelek), tetapi yang lebih berbahaya adalah akibat retaktsn ini
kualitas pernwkaan beton sangat berkurang (Gnnrbar b.3.5). Juga, karena retakan ini bahan-bahan penrsak d;:pat masuk
mencapai tulangan dan hal ini tidak diingini.
_
Gambar 6.35 Kensc3kan beton akibat reWkan.
Penanggulan kehilangan zat-cair (air)
persis setelah penuangan, dapat dicapai sebagai ber-ikut:
- dibiarkan dalam bekisting;
- menutupi dengan lembar-plastik
foli;
- nlenutulli dengan goni-basah;
- menggcnang's dengan air (bagian
strUktur yang datar);
- menycmprotlmcmerciki deng2n air
tcrus-menerus pada permukaan bcinn ('Sprlilkllrlg');
- mcnyemprot permukaan beton dengan 'curing compound'
Supaya dapat mcnghindari pcn,uapan air pada hari pcrtama
setclah pcnuangan, tindakart yang di atas harus dilangsungkan sescmpuma
mungkin.
9.1 Produksi beton pada cuaca panas
Masalah yang diakibatkan
oleh keadaan geografis Indonesia yang terletak di daerah tropis yang mempunyai
kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan agregat ntengalami penganth cuaca
('weathering') sampai kedalaman yang cukup dalam pada suatu lubang
galianldeposit batu-batuan ('quarry'). Dari segi geologi, batu-batuan di
Indonesia tcrmasuk berusia muda dan terdiri dari batu-batuan andesitic dan basaltic.
Dari kedua hal tersebut
mengakibatkan batu-batuan kita tidak cukup keras dan berlx)ripori (poreus) dan
berbentuk pipih dan rnemanjang bila dipecah. Temperatur yang Ungci, batu-batuan
yang pipih dan mcmanjang, batu-batuan yang porcus akan mengakibatkan penggunaan
air dan semen yang lebih banyak dan mengakibatkan bahaya segregasi dan
pendlarahan yang lebih besar. Admixture (bahan tambahan untuk beton) yang
berguna untuk ntengurangi pendarah;an dan segregasi, menambah kelecakan dan
pengtsrangan air dan juga menunda waktu pengikatan sangatlah penting artinya
dalam procluksi beton di Indonesia.
Temperatur yang tinggi sangat mempengaruhi beton dalam
keadaan cair ('fresh') dan padat ('hardened').
_
Kerugian-kcrugian
yang dapat diakibatkannya adalah;
-ilams d'sgunakannya lebih banyak air untuk mendapatkan slump yang sama
{lihat Gctmlttm 6.36 don 6.37},
-
Kchilangan slump dalam waktu yang cepat,
- Waktu pcngikatan yang lebih cepat, sehingga pengerjaan dan 'finishing'
lebih sulit, juga bahaya terjadinya 'cold joint' harus diperkirakan,
- Lebih sulit untuk dipadatkan,
- Kekuatan yang Iebih rendah (lihat Gambar 6.35 den 6.39),
- Lebih peka terhadap hahaya pendarahan ('bleeding').
- Penyusutan mula-mula ('early shringkage') cukup besar,
- Bahaya ‘plastic cecking’ bertambah besat,
- Pemeliharaan beton pada peningkatan sangat
diperlukan.
- Pebandingan material beton kadang-kadang perlu
diadakan.
- Berkurangnya sifat ketahanan (’durability’)
- Keseragaman tampak pada permukaan berkurang.
_
9.1.1. Pencegahan
Semen: Sangat perfu diperhatikan penggunaan semen yang mengandung kadar C3A
yang tcrialu tinggi. Iuwl,h C³A di dnlam semen hams dibtrtasi, anar hydrasi
dari semen dapat dihcs-lambat.
Begitu juga pembentuk:,n panasnya ('heat
generation'). Penggilingan scmen yang terlalu halos (3500 Blaine) juga hatu,
dihindnri. Pada dasarnya adalah sangat beralasan biia jumlah semen cialam 1 m'
bcton dibat; ;i. lumlah semen harus dibuat minimum dengan menggunakan
'admixture' dan atau abu-terhang.
Agregat: Tcmperatur dari agtegat mctnpunyai pengaruh yang sangat bcsar terhadap
tempcratur akhir dari beton i93)am
keadaan cair. Dengan bantuan diagram
pada Garnbar 6.40, tempcratur dati campur:n beton dalarn keadaan cair dapat
dihitung dari temperatur masing-masing "material" pembuat beton.
Untuk
al:ssan-alasan inilah agregat harus selalu diletakkan di tempat yang terlindung
dari sinar matahari langsung. Pen; iraman ('springkling') dengan air sangat
efektif, sebab pennuka:sn agregat menjadi dingin akibat penguapan air yang
sangat cepat dan pula
penyerapan air yang diakibatkan oleh batu-batuan yang poreus dapat
dikurangi se:hingga bahaya kehil:mgan slump 'slump loss' dapat dihindari. Dalam
hal ini perlu dipcrhatikan derajat kclembaban dari agrr-:3t pada uaktu
pencampuran beton. Sebagai suatu runnrs pendcl:at:sn dapat dikatakan ~bahwa
penurunan temperatur 10°C pada agregat dnpat mengurangi tcmpcratur boon cair
scbesar 6°C.
Air:
Bila menn,ngkinkan air b,-,sill hams selalu digunakan,
air di dalam kontainer atau rescno:,r harus dijaga supaya tetap dingin dengan
menyimpannya di dalam tanah atau drberi cat putih yang dapat memanty3kan panas:
_
Gambar 8.40 Temperatur material.
Diagram untuk menghitung temperatur beton dalam keadaan cair dari
temperatur-temperatur agregat, semen dan air mencrut juml..h kadar semen 200, 250 dan 350 kg/M3 beton. Temperatur
dari beton dalam keadaan cair dapat dicari dengan menjumlahkan temperatur pada
sumbu ordinat untuk setiap bahan material.
Gontoh: P.C = 350. Agregat 27`C, semen
GO`C air 20"C. 'Pemperatur beton dalam
keadaan cair + 17,0 + 6,8 + 6,4 = 30,2` C.
Sebagai suatu rurnus pcndckatan dapat dikat:tkan bila
tcmparatur air bcrkurang 10"C, maka pcnurunan tempcratur pada beton cair
mcncapai 2 - 3"C. Kadang-kadang pemberian es pada air cukup efcktif. Dalam
hal ini jumlah air yang digantikan olch es dipcrbolehkan sampai 50 %
'Adrr:ixlures' (buhan tnmbahan):
1) Super plasticizers, bahan tambahan ini rnen_urangi jumiah air yang
dipakai cukup besar. Bila keuntungan dalam _ HYPERLINK http://pcngurang.an
__pengurangan_ air ini tidak digunakan atau scbagian saja digunakan, maka dapat
dihasilkan beton cair pang sangat 'workable (flowing concrctc)'. beton macam
ini discbut 'scitt=:vcling' dan hanya mcmbutuhk:m 50% tenaga untuk
memadatkan.Flowing concretc' snempunyai sifat kohesif yang baik d:ut tidak
menunjukkan sifat-sifat seeregasi. Keman,puan dalam memperiahnnkan sluntpnya
juga baik tcrgantung pada tipe semen yang dipakai. Super plastierzcts.
meningkatkan kelacakan dari baton untuk watktu Iebih lama dan pada ternperatur
yang tinggi. Untuk mempert:rhankan 'slump loss' dan 'retardation' yang lcbih
lama dapat dipakai generasi ke IV super plastiCizers sepetli Sikament PM I-3.
2) 'Plasticitv retarding agent', bahan ini
memberikan sifat retarding bersam; an dcngan plasticizem clan pengurangan
jurnlah air. Pembentukan panas hidratasi ditunda
untuk jangka w'aktu yang icbih larna. Susut dan rangkak pada bcton yang
menggunakan bahan ini iuga berkurang.
3) 'Relardei
selain bcrfungsi sebagai retarder, bahan ini juga berfun2si sebagai plasticizcr
pada beton dalam keadaan cair. Pengaruh jangka waktu retarding dapat
disesuaikan den-an takaran ('dosage') dan ha) ini juga tergantung pada
keadaan lol:asi Japan-an, jadwal pckerjaan dan perubahan temperatur.
Penempatan beton ('Placing'): Dengan segala daya harus diusahakan rnembuat beton
cienc:m ternp,::nur di bawnh 30"C. Pada temperatur yang tinegi konsistensi
dari beton cair harus riibuat labih cair. Pengerjaan beton harus dibuat
secepat rntmgkin. Selama pengangkutan, penempatan dan pemadatan maupun selama
fase pengikatan avaal ('initial setting time') penguapan hurus dijaga
serninimum mungkin.
Alat-alat pengangkut beton dapat dilindungi dari sinar
rnatahari langsung dengan memberi cat benuarna putih. Mixer yang dicat putih
temperaturnya lebih rendah I,5°C dit>,mdinekan denean mixer yang dicat
dcnaan warna lain.
Beton harus ditempatkan secepatnya.
Pemadatan dan pcnggctaran harus dilakukan sescmpurna nnmgkin. Suku cadang dan
'vibrator' cadang:tn hanss disiapkan, scbab bila ada keru<ak:m till-A-- ada
wnktu unmk ntenyewa amu membvli dari tempat lain.
.1d:aah sang,a mengur,tungkan bila temperatur saneat
tinggi melakukan pcngecor.jn di va;sktu ai;m4Jsore hari. I3ila pengccoran bcton
dilakukan di pagi hari, panos hidratasi dari beti>n yune sedzn2 menoeras
terjadi p.u1a siang hari di mana lcmpcratur udara sedang ct;encapai pumnknca.
Pemeliharaan: dari 3 diagram pada Garnbar 6.41, dapat dicari bcrapa banyaknya air yeng hilang pada permukaan beton dalam l:cadaan cair akibat perubah cuaca.akibat
timperatu yang tinggi dan atau kecepatan angin yang tinggi beton haruslah
dilindunggi dari pengaruh air dan gangguan
pada proses hidratasi.
Penggunaan grafik (Gambar 6.41);
1. Tentukan temperatur udara, kernudian dihubungkan
ke atas memotong lingkung kelembaban udara,
2. Geser ke kanan, potongkan dengan lengkung temperatur beton,
3. Potong ke bawah sehinga
berpotongan dentan kecepatan angin,
4. Baca di selelah kannn kecepatan penguapan dalam kg/m²/jam.
Grafik ini pada gambar 6.41 digunakan untuk mencari
besarnya penguapan ukibat bcrm,c;s,n-m;scam l:c-adaan cuaca. Untuk mcnggunakan
grafik ini ikutilah 4 langk; h di atas Bila ricrajut penLuUpan mendekati harp 1
kg/m=/jam, pencegahan bahaya retak akibat 'plastic shrinkage' pertu
d;tanggulangi. 13eberapa hal tersebut di 6awah ini dapat riil; kukan un(uk rncn;tnL•prlan~'i hal tersebut;
- Penyiraman
'springkling' dengan air pada permukan beton,
- Menutup permukan beton dengan plastik,
- Menyemprotkan permukaan dengan ‘curing compound' sesuai dengan ASTM
C.309-74. ‘Curing contpcmnd' dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Type 1: Curing Compound' tampa dye
Gambnr
6.41 Pengaruh temperatur beton dan udara, kelembaban relatip,
kecepatan angin dan keeepatan evaporasi dari pcrmukaan betun.
Tipe I-D : 'Curing compound' dengan 'fugitive dye'
(warna akan hilang selang beberapa minggu)
Tipe II : 'Curing compound' dengan zat
pewarna putih.
Sebagai contoh, produksi Sika yang
disebut 'Antisol Red' tcrnrasuk pada tipe I-D, Scbagai contoh, 'Antisol white'
tcrrnasuk tipe II. Antisol E juga tcrmasuk tipe I ('non pigmented curing
compound'). Antisol E terdiri
dari paratin seb::gai selaput lilin yang dicampur den$an lnrutan air.
'Curing compound' ini pada
dasarnya a::ngai bcrguna untuk konstruksi beton di daerah yang tinggi
temperaturnya, karena berfungsi sebagai pemantul panas karena lapisannya
Berwarna putih dan juga berfungsi
sebagai penahan kelembaban. lintuk 'curing compound' di daerah yang mempunyai
temperatur tinggi, sebaiknva digunakan Antisol E karena lebih cfcktif dari yang
lain.
Banak orang mengira bahwa dengan mendinginkan agregat
kasar dengan air akan rnengskibatkan air yang ada dalam beton akan bervariasi.
Mereka takut bahwa slump dan kckuatan dari beton akan berfluktuasi terlalu
besar sehingga kualitas betonnya akan terganggu. Sebenarnya dengan membasatu
tumpukan agrcgat kasar dengan air yano seragarn akan rncngakibatkan agregat
mempunyai kadar air yang lebih seragam.
Tumpukan agregat kering hanya akan seraeam kadar airnya
bila terjadi hujan, sehingga junrl;:h air daam turnpukan agregat kering akan
bervariasi dari saw tumpukan ke tumpukan lainn_.-a. Suatu tumpukan
agregat yang dibasahi secara teratur akan tnempunyai kadar air. Dengan
membasahi agregat juga akan meningkatkan mutu dari betonnya nkih::: ynyaruh pendinginannya.
Beton yang tebih ding~in tidak rnembutuhkan air yang lehih b;:rn ak
untuk mendapatkan nilai slump tertentu. Bcrkurangnya air berarti berkurangnya
Su1ut ;?.,n lehih sedikit air seragam yang dibutuhkan.
Cara yang terbatik
untuk membasahi agreaat .adalah membasahinya secara kontinu dengan cara
penyemprotan. Bila tumpukan agregat tidak dibasahi secara kontinu akan nteneA-ibatkan
masalah bervariasinya kadar air dalam agreg,-t.
Pengowasan dart testing: Pada
pengecoran beton pada tempcratur tinggi, para kontraktor dan p: masek beton
kadang-kadang dijadikan kambing hitam karena kesalahan-kesalahan dari pihak
kaumnya. Bila test silinder beton tidak dilakukan dcn`can benar maka hasil test
can` rLmi::h dapat terjadi. Pcngetestan dengan eermat d:nt hati-t?cUi d::pat
nrenghindari perscliAhan pada pckerjaan dan menghindari penundaan-pennnd:tan
pekerja:m akibat hasil l:ekua:an vang rendah.
Beberapa tindakan di bawah ini perlu diperhatikan;
- Buatlah slump, air test dan test silinder sesegera mungkin bccitu contoh
beton didapat,
- Jangan membiarkan benda uji silir.der tidakyterlinduna dari
sinar mat:,hari. Bita benda u;i cilinder dipelihara pada ternpcratur yang cukup
tinggi, kckultan beton pada umur dapat berkurar,g sekitar 1090. Pada 24 jum
setelah pcmbuat:m benda uji yang hentukp°a silinder ditempatkan pada temperntur
25"C.
Seperti dikatakan di
depan kesalahan-kesalahan serius dan biasanya kesalahan-kesalahan yang snlit
diperbaiki dapat terjadi pada beton cair m:tupun bcton y :mg sud.h mcngcras,
akilxtt P:nLnganan pelaksanaan pernbuatan beton tanpa rnemperhatikan
tenrpcratur tinggi. Deng; n t,crencanaan yang baik dan pen gukuran-pen•ukuran
yang diperlukan adalah tidak must,;''.i: unt.rk rncmbuat bcten yang memenuhi
svarat-svarat kckuatan, kctahanan dan kelecaa;_n nWskipun dikcrjokan pada
dacrah yang mcmpunyai temperatur tinggi.
10. PERUSAKAN KIMIAWI
Perusakan kimiawi dapat pula disebabkan karena pcmilihan
bahan-bahan dasar beton. Dalam hal ini sering dibutuhkan menghubungi ahli
kirnia supaya struktur beton yang rusak karena pengaruh kimiawi atan bahan yang
abresif, khususnya dapat dicegah.
Perusakan kimiawi ada dua macam :
- Buatan semen melarut
- Pemakaian dan retakan
Bahan yang
merusak beton :
- Air Iemah
- Asam-asam
Asam anorganik
|
Asam organic
|
Asam bromat
|
Asam cuka
|
Asam Karbonat
|
Asam semut(mierenzuur)
|
Asam hidrokhlorat
|
Asam humus
|
Asam khromat
|
Asam laktat
|
Asam hidroksida
|
Fenol
|
Hydrogen sulfida
|
Asam samak(tannic acid)
|
Kalsium nitrit (sendawa)
|
Asam butanoat
|
Asam fosfor
|
Asam amoniak (urinezuur )
|
Asam sulfat
|
Mikro organisme
|
|
|
|
|
Basa
|
NaOH, KOH Ureum,Aminen
|
Garam-garam
|
|
Khlorida
|
Ca , Na , NH4 , Mg
|
Nitrat dan nitrit
|
Na , NH4 , K
|
Sulfida
|
Fe
|
Acetat
|
Na
|
Garam, pencair
|
|
Esters lemak/lilin,sabun
|
|
Alcohol
|
|
Larutan gula
|
|
Minyak tumbuh-tumbuhan dan binatang
|
|
Bakteri, alga, lumut laut,
binatang berkerang, mikro-organisme.
|
Disebabkan beton dapat dirusak olej garam-garam maka
pemakaian beton dalam air laut meminta perhatian yang penting.pada pemakaian
beton pada lingkungan yang bergaram dan pada tanah yang lembab dapat membuat
masalah. Kedua hal ini mendapat perhatian yang kritis untuk struktur yang
terletak padazone lewatan disekitar muka air.
Untuk membuat beton kedap perusakan kiniawi ada beberapa
kemungkinan.
-
Pemilihan
beton yang tepat
-
Faktor
air semen rendah
-
Pemberian
koating
-
Pemampatan
yang baik
Perhatian yang harus di lihat
Umum :
Bestek
Pencantuman syarat syarat pekerjaan beton
Pencantuman syarat syarat komposisi beton
Pelaksanaan :
Rencana kerja
Rencana pengecoran : data pengecoran, Volume beton.waktu pengecoran, alat
pengankut,
jumah tenaga kerja
Start
Kontrol Bekisting, Kontrol tulangan, membersihkan
bekisting, Bahan , personil, Peralatan, Penerangan, keselamatan kerja,
Spesi beton :
-
Bentuk
bekisting,
Pemeriksaan dan pengontrolan :
-
Penempatan
bahan semen haris tempat yang terlindung dan dilapisi alasnya
-
Menyediakan
alat-alat tes beton seperti silinder atau kubus serta kerucut Abrams
-
BAB 7
Perawatan dan
Perbaikan dari Struktur Beton
1.
Pendahuluan
Satu sifat penting
dari struktur veton bertulang adalah keawetan yakni kemampuan untuk
menahan bekerjanya pengaruh kimia,
fisika, mekanis dan bakakteri.
Beberapa contoh
dari pengaruh itu adalah :
-
Erosi
( pengaruh dari cuaca dan angin, air yang mengalir dam lain-lain )
-
Temperatur
yang tinggi ( Kebakaran )
-
Temperatur yang rendah ( sel-sel membeku )
-
Tabrakan
atau lain kerusakan
-
Alga
-
Pengaruh
bekerjanaya bahan agresif seperti sulfat dan chlorida.
Langganan:
Postingan (Atom)